NE'NO, Kopi Liberika Jambi yang Wajib Dicicipi

Robusta dan arabica adalah jenis kopi yang umumnya dijual di kedai-kedai kopi. Kedua jenis kopi ini rata-rata tumbuh di ketinggian antara 600 hingga 1300-an mdpl. Disamping robusta dan arabica, ternyata ada juga jenis kopi yang tumbuh di tanah air Indonesia, yaitu liberika dan ekcelsa. 

Di Jambi, liberika bisa tumbuh dengan suburnya di atas lahan gambut. Pohon liberika bahkan ada yang berumur hingga 40 tahun dan masih berbuah sampai sekarang. Kehadirannya tentu bukan sekedar untuk diambil bijinya, tetapi juga sebagai tanaman yang berfungsi untuk menyelamatkan lahan gambut dari degradasi. 

Perlu diketahui, bahwa kopi liberika menjadi salah satu hasil alam langka yang ada di Provinsi Jambi. Kelangkaannya itulah yang membuat liberika selalu diburu para penikmat kopi. 
Rina, pemilik Ne'No Coffee Jambi
Salah satu sahabat UMKM Jambi yang juga merupakan anggota Koperasi Komunitas Indonesia (KOKOPI), Rina menjelaskan soal karakteristik tiga jenis kopi unggul yang ada di Provinsi Jambi. 
"Kalau arabica dan robusta itu rata-rata mulai belajar berbuah itu diusia 2 tahun sampai 3 tahun, kalau liberika itu diatas 5 tahun baru mulai belajar berbuahnya. Keistimewaan liberika itu semakin umurnya tinggi, semakin tua, ya semakin bagus produksinya. Dan istimewa liberika, tumbuhnya itu di daerah tanah gambut, dimana ketinggian dari permukaan laut di bawah 100 (mdpl)."

Setiap kopi yang tumbuh di suatu daerah memiliki ciri dan rasa berbeda-beda. Selain faktor ketinggian, sistem tumpang sari yang diterapkan oleh petani membuat rasa kopi semakin variatif mengikuti tanaman yang tumbuh di sekitarnya. 

"Kita tahu bahwa kopi itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Arabica dan robusta kita yang banyak ditumpang sarikan oleh tanaman tumbuhan, jadi rasa kopi kita banyak ke arah buah-buahan, Mbak. Asamnya lebih kerasa ya. Sementara liberika pun termasuk antara buah-buahan dan ada pinang juga. Tumpang sarinya sangat mempengaruhi tumbuhan kopi," terang Rina saat mengikuti pameran Asian Agriculture and Food Forum 2018 di JCC (30/6/2018).

Liberika menghadirkan aroma yang lebih menyengat dibanding arabica dan robusta. Berdasarkan hasil riset dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), kopi liberika memiliki cita rasa herbal dengan tingkat keasaman yang sangat tinggi.
Pohon kopi liberika Tungkal tumbuh di atas lahan gambut di Jambi
Tiga jenis kopi dari Jambi tumbuh di daerah berbeda dengan ketinggian yang berbeda pula. Arabica Jambi tumbuh di gunung Kerinci, tepatnya di daerah Sungai Penuh pada ketinggian antara 1200-1400 mdpl. Adapun robusta tumbuh di Kerinci, Sungai Penuh dan daerah Jangkar Merangin dengan  ketinggian 800-1000 mdpl. Jika arabica dan robusta hidup di dataran tinggi, liberika Jambi justru tumbuh di lahan gambut di daerah Pantai kawasan Tungkal, Kabupaten Tanjung Barat (Timur Jambi) dengan ketinggian di bawah 100 mdpl.   

Awal Mula Merintis Ne'No Coffee Jambi
Melonjaknya permintaan pasar membuat para pelaku usaha semakin serius menggeluti bisnis industri perkopian, tak terkecuali Rina yang mulai menukuni bisnis kopi sejak 2016 lalu. Kecintaannya pada daerah asalnya membuat Rina memilih kata Ne'No untuk merk dagangnya sebagai sapaan untuk nenek perempuan dari Jambi. 

"Secara produksi saya baru masukin tahun kedua tahun ini, tapi secara pemberdayaan dalam arti kata menjadi motivator dari teman-teman petani ini mungkin termasuk tahun kelima ya Mba ya. Jadi, untuk produksi baru dua tahun ini dengan brand (merk), yaitu Ne'No kopi dimana Ne'No sendiri artinya nenek perempuan."
Meski Ne'No Coffee Jambi baru dua tahun berproduksi, namun sebenarnya bisnis kopi sudah dilakukan sejak 40-an tahun yang lalu oleh keluarga Rina. Namun, hijarahnya Rina ke Bandung pada tahun 1978, membuat kopi yang diwariskan oleh kakek dan neneknya menjadi tak terurus. Hingga pada akhirnya, panggilan hati membawa Rina untuk kembali ke kampungnya, mengurus kebun kopi dan melanjutkan perjuangan kakek neneknya yang dulu sebagai petani kopi. 

Sejak awal produksi, Ne'No mengambil kopi arabica dan robusta yang ditanam di perkebunan milik keluarga. Guna memenuhi permintaan pasar, Ne'No pun telah mempersiapkan lahan seluas 10 hektar untuk persiapan tanam. Sementara itu, untuk liberika, Ne'No membelinya langsung dari petani kopi di daerah Tungkal Jambi. 

Banyaknya peluang bisnis dari alam sekitar membuat Ne'No mengembangkan bisnisnya ke berbagai bentuk usaha. Ne'No Black Tea Kerinci, Ne'No Cookies, Ne'No Snacks, dan Ne'No Traditional Food adalah bagian dari produk yang telah dihadirkan oleh Ne'No hingga 2018 ini.

Ne'No Hadirkan Program Tali Cinta untuk Petani
Sama halnya dengan perusahaan yang memiliki program CSR, Ne'No Coffee Jambi juga hadir dengan programnya bernama Tali Cinta untuk Petani. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, Ne'No memberikan bantuan kepada para petani kopi di Jambi berupa kegiatan pemberdayaan, pembibitan, bantuan mesin, dan sebagainya yang dibutuhkan oleh petani kopi.
Foto: dok. Ne'No
Rina optimis dengan program Tali Cinta untuk Petani, maka petani bisa hidup lebih sejahtera. "Dalam secangkir Kopi ada hak petani. Insya Allah ditahun ke-3 ini sudah bisa terimplentasi," ungkap Ne'No kepada tim JPI. 

Ne'No juga akan membuka program barunya di Rumah Kreatif Ne'No Cateleya 23, Kelurahan Sungai Putri, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi. Program tersebut berisi kegiatan edukasi tentang kopi sehat dan juga sekolah kopi. Melalui programnya, Rina akan lebih mudah mengedukasi para petani dan penikmat kopi bahwa kopi sehat adalah kopi tanpa campuran. Kopi sehat hanya bisa dicampur dengan bahan alam, seperti kayu manis yang merupakan hasil alam utama di Kerinci, Jambi. 

Guna memperluas jangkauan bisnisnya dan memudahkan konsumen untuk mencicipi kopi Jambi, maka Ne'No Coffee Jambi bisa dipesan secara online melalui  blibi.com atau langsung dibeli di Banter Coffee yang terletak di ruko Kemang Pratama 5 Pekayon, Bekasi. 

Diakhir perbincangan, Rina memberikan tips suksesnya berbisnis kopi.
"Secangkir kopi itu enaknya ataupun nanti lakunya sangat tergantung daripada petaninya. Jadi, mulai dari pembibitan, pemupukan, kemudian pasca panen itu sangat tergantung dari petani. Jadi, himbauan kami petani semangat, terus berinovasi," tutup Rina sembari berharap bahwa kopi Indonesia bisa menjadi raja di negeri sendiri. 
Ingin tahu harga Ne'No Coffee Jambi, ini dia daftarnya per-Juli 2018:
☕️Arabica
     Wash 100gr Rp65.000, Honey 100gr Rp75.000, Honey 50gr Rp37.500, Natural 100gr Rp80.000, Natural 50gr Rp40.000
☕️Robusta
     Fine 100gr Rp55.000, Fine 50gr Rp27.500, Hosblend 100gr Rp70.000, Hosblend 50gr Rp35.000  
☕️Liberika
     100gr Rp75.000

Itulah sepenggal cerita dari kopi Jambi. Sukses untuk Ne'No Coffee Jambi. Bagi yang belum mencoba, selamat mencicipi kopi liberika Tungkal Ne'No ya, sahabat! (DF)

Dita Faisal
Dita Faisal Mengawali karir sebagai jurnalis sejak 2008 di TVRI Nasional. Setahun kemudian bergabung di tvOne sebagaireporter dan presenter berita hingga Feb 2021. Pernah meraih Fellowship hingga ke Jepang dan menjadi wartawan Istana Kepresidenan pada 2014-2015. Setelah 13 tahun menjadi jurnalis, pada pertengahan 2021 memutuskan pindah ke Blitar dan Wonosalam untuk lebih dekat dengan alam. Seperti cita-cita, ingin menikmati waktu dengan berbagi dan bertani. It's time for #BacktoNatureBacktoVillage

Posting Komentar untuk "NE'NO, Kopi Liberika Jambi yang Wajib Dicicipi"

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress