Sebuah Cerpen Berjudul TERSERAH

Sebuah Cerpen Berjudul TERSERAH
Oleh: Endik Koeswoyo


Lagu dangdut Koplo itu mengalun lantang dari speaker laptop 12 inci. Tidak kedengaran memang khas kendangnya. Tapi lumayan, telingaku sudah begitu hafal dengan nada-nada khas musik yang katanya pinggiran itu, musik ndeso itu. Tapi aku suka, terserah kata orang. Aku lebih suka Dangdut, aku lebih suka Koplo, aku lebih suka Roma Irama, apalagi Ridho, wah musiknya keren. Jazz Ndut banget. Penggabungan antara gedongan kelas atas dengan musik dangdut yang katanya ndeso itu. Ah terserahlah orang mau bilang apa. Toh itu hanya masalah selera dalam pendengaran saja. Mungkin saja selera yang lain sama. Masih suka nasi rawon yang sama, ayam goreng yang sama, nasi yang sama. Lebih mending dangdut dari pada lagu barat yang cas, cis, cas, cus ndak jelas itu.
Pagi menjelang, subuhpun telah berkumandang. Aku membuka twitter setelah menyalakan sebatang Sampoerna Mild. Sampoerna Mild adalah rokoknya tidak enak menurutku, aku biasa menghisap Djarum soalnya, tapi kata dokter aku harus mengurangi nikotin. Aku disarankan mencari rokok Herbal yang resepnya dari kerajaan Majapahit, rendah nikotin bahkan hamper tanpa tembakau, tapi itu rokok MLM. Tidak apa-apa, aku suka MLM kok. Santai saja, saya orang cerdas yang mau membuka pikiran untuk semua jenis usaha. Apalagi ini menyangkut kesehatan dan nikotin, apalacur orang kata MLM, saya akan mencarinya. Dokter lagi yang bilang rokoknya bagus. Apalagi resepnya dari Majapahit. Wuih… keren Man! Oh ya, soal nikotin nanti dibahas lagi. Ini soal twitter dan musik dangdut dulu. Aku buka twitter, dan pukul 4.33 pagi ini, satu status yang aku baca berbunyi seperti ini (Copy Paste 3/29/2010 Red) “montytiwa Entering Cikampek. On our way. Pantura ahead. Koplo blasting from the speakers. Jarpul is on the wheel. I smell trouble. Goodbye Jakarta. 12 minutes ago via UberTwitter “
“Wah wah, Sutradara kenamaan saja mendengarkan lagu Koplo, dangdut man! “ gumanku dalam hati pagi ini.
“Ah yang bener? Salah mengartikan kali kamu! Bahasa ingrismu kan dapat 6 ga genep!” kata hatiku yang lain.
“Enggak bener kok, sudah aku google translate! Gini kata Mbah google -Entering Cikampek. On our way. Pantura ahead. Koplo blasting from the speakers. Jarpul is on the wheel. I smell trouble. Goodbye Jakarta. – (Copy Paste dari google transalte. Red.)” hardikku meyakinkan.
“Ah sudahlah! Terserah! Ndak usah ribut! Gitu aja Kok repot!” kataku lagi sembari menaruh batang rokok di atas asbak itu.
“Loch? Kamu sudah pindah NU?” tanya hatiku yang lain.
“Sudah!” jawabku singkat dan mantab.
“Kapan?” tanya hatiku yang lain sekali lagi.
“Sejak Muhammadyah mengharamkan rokok!” sahutku yakin.
“Caranya?” tanya hatiku semakin penasaran.
“Tinggal mengucapkan kalimat ‘Gituh Aja Kok repot!’ udah deh pindah aliran dan rokok tetap hahal!”
“Terserah deh!” hatiku tampaknya putus asa.
“Menyerah?” tanyaku sinis.
“Nggak penting, mending ngomongin hati man! Ngomongin cinta! Ngomongin pacar!” kata hatiku memberikan sebuah alternatif tambahan.
“Hahhaha… bosen ah! Tiap hari cinta-cinta melulu. Ayat-ayat Cinta, Cinta Fitri, Cinta Mati, Cinta 2 hati, Cinta apalagi? Oh itu yang novel judulnya Hijrahnya Cinta! Huhh apaan tuh?’’ ucapku pelan.
“Ya namanya juga tren man! Sudah jamak di negeri ini, negerinya para pengikut!”balas hatiku.
“Terserah kamu deh!” Sahutku malas.
“Menyerah?” tanya hatiku sinis.
“Sory Man, gue kagak bakalan mau menyerah, palagi cuman sama elo?” sahutku sok Jakartaentris.
Aku diam, sepi. Hatiku tak lagi mau menjawab ataupun menyela ucapanku. Dia menyerah, memilih untuk tidur tengkurap, memeluk entah apa yang dipeluknya. Aku diam sekali lagi, tak juga membuka twitter apalagi pesbuk! “Ah aku benci sendiri! Aku ingin berlari! Kemana?” kataku lagi.
Tiba-tiba lagu di laptop Ausus ini berubah, dari koplo menjadi melo. Dari Palapa menjadi Kangen Band. Haduh, -Pujaan Hati- mendayu lirih, menyayat hati-hati yang tak bahagia. Loch, itu tagline novel dunk? Doa Untuk Dinda, penyejuk Hati-hati yang tak bahagia. “Ah Ah Ah” sudahlah. Yang kangen biarkan kangen, toh nantinya juga hilang. Masak seumur hidup mau kangen? Dulu aja kayaknya Koes Plus ga ada gantinya, sekarang juga lebih seneng sama ST 12, Dewa 19, terus band apa lagi ya yang pake angka?
Pagi semakin menusuk, aku sudah lama tak menulis. Aku bingung mau menulis apa lagi. Sejarah sudah, novel juga sudah, cinta sudah, perjuangan hidup juga sudah. Terserah nanti mau di bawa ke mana. Aku tidak suka Armada, karena lagunya ga jelas, -mau di bawa kemana hubungan kita?- hahhahaha…. Bawa saja kemana kau suka membawanya. Bawa saja sema lalu dekap erat, tapi jangan selamanya. Dia ada yang punya. Yang punya, yang bertanya… yang manis, siapa yang punya? Yang punya yang bertanya…. Aku milikMU….
Jogjakarta, 4.52 Subuh. 3/29/2010
(Jangan salah mengartikan, bukan cinta, bukan politik, bukan pula SARA. Ini hanya tentang rasa)
Di tulis sambil tiduran, dengan Back Sound: Ora Prawan Ora Rondho, aku kowe sopo!? Ora Jok Ora Dudo, aku kowe jane Podho! (Brodin: Arjosari Denpasar: Live OM: Palapa)




Endik Koeswoyo




MANFAATKAN BLOG ANDA DENGAN MENGIKUTI KUMPUL BLOGERMANFAATKAN BLOG ANDA DENGAN MENGIKUTI KUMPUL BLOGER

Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Scriptwriter. Freelance Writer. Indonesian Author. Novel. Buku. Skenario. Film. Tv Program. Blogger. Vlogger. Farmer

1 komentar untuk "Sebuah Cerpen Berjudul TERSERAH"

Raras 1 Februari 2011 pukul 07.20 Hapus Komentar
suka banget tulisan ini..ada teman yg sama ide/pikirannya dgn anda..sayangnya dia belum menuliskannya :)
www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress