CERPEN : "Secangkir Kopi" Oleh : Tegar Noorwira D.P.



CERPEN : Secangkir Kopi
Oleh : Tegar Noorwira D.P.

      
      Kebiasaan terkadang tidak cocok dengan keadaan. Sedangkan peka adalah senjata terjitu menguak sesuatu.
JOE adalah pemuda yang paling beruntung. Ia memenangkan lomba. Memenangkan kuis. Memenangkan undian. Segala macam yang berbabau uang ia selalu beruntung. Mungkin keberuntungan Joe yang berturut-turut ini jarang terjadi. Namun memang demikianlah kehendak Tuhan.
Rumah besar berlantai tiga, halaman luas berumput hijau, dan satu mobil berwarna merah. Itulah kekayaan Joe yang berasal dari keberuntungan. Joe menjadi kaya raya diumurnya yang baru dua puluh lima tahun.
“Kenapa kau mau menikahi aku yang sudah janda, Joe?” kata istrinya sambil menaruhkan secangkir kopi di meja.
“Sudah kukatakan berulang kali sebelum kita menikah, Sayang. Kau cantik. Wajahmu bersinar, rambutmu  panjang, dan bibirmu manis. Semerah buah jambu.” Joe berhenti berkata. Tetapi kedua matanya terus bergerak mengamati kopi buatan istrinya. “Lagipula kau janda yang belum beranak.” Katanya lagi.
“Tapi aku lebih tua darimu.”
“Tiga tahun lebih tua dariku, tak masalah ....” Joe menatap istrinya penuh selidik. “Aku baru tahu, kenapa kau mau hidup bersamaku. Sayangnya aku terlambat mengetahui semua ini ....”
“Apa maksudmu? Aku mencintaimu Joe, karena kau tulus mencintaiku .....”
“Oh ya?” kedua alis Joe bergerak ke atas. “Hm, sepertinya kau lupa lagi. Aku tidak suka kopi. Singkirkan kopi itu.”
“Maaf, aku lupa.” Kata istrinya sambil pergi membawa kopi itu ke dapur.
Ketika ia kembali, Joe mengecup pipinya. “Sudah malam, ayo kita tidur. Besok aku mau pergi.”
Istrinya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Pagi hari yang cerah. Sebelum Joe berangkat, istrinya menyediakan secangkir kopi di meja ruang tamu. Joe melihat kopi itu, kemudian ia menggeleng-gelengkan kepala. “Sudah kubilang puluhan kali sejak kita menikah. Aku tidak suka kopi, Sayang ....”
“Oh, maaf. Aku akan menggantinya dengan secangkir teh.”
Sebelum istrinya beranjak pergi, Joe memanggilnya. “Sonia! Sekarang aku mau pergi. Tak perlu repot membuatkan teh.”
Istrinya membalikkan badan, Joe langsung mengecup pipinya.
Setelah Joe pergi, Sonia masuk ke kamar.
Ia membuka lemari baju. Mengambil sebuah kotak. Lalu membuka kotak itu perlahan-lahan. “Indah sekali kalung dan cincin ini.” Ia tersenyum, mengagumi emas dan perak pemberian Joe.
***
Joe bertemu temannya di sebuah cafe.
“Joe, aku butuh bantuanmu.” Kata temannya. “Kau si Raja Untung. Tak banyak orang yang mengetahui sepak terjangmu, mencari keuntungan lewat segala macam undian dan kuis. Tapi aku tahu tentangmu, kau teman dekatku. Manis pahit pernah kita rasakan bersama ....”
“Tak perlu menyanjungku, Bram. Langsung saja katakan. Apa yang ingin kau butuhkan. Uang?”
“Ya, uang. Eh, bukan. Maksudku ada hubungannya dengan uang.” Ia menyebulkan asap rokoknya sebelum melanjutkan bicara. “Aku mau ikut undian acara tahunan di kampungku. Tiketnya seharga sepuluh ribu. Aku akan membeli tiket itu dan kau yang menyerahkannya ke panitia. Aku yakin pasti akan menang. Berkat tanganmu ....”
Joe tertawa. “Ok!” katanya singkat.
“Jika aku menang, kau akan kuberi bagian ... dan ....”
“Tunggu!” Joe memotong perkataan Bram. “Orang itu memesan kopi.” Kata Joe sambil menggerakkan kepalanya ke arah orang yang baru saja datang.
“Kau juga suka kopi? Mari kita pesan,” kata Bram.
“Tidak. Kopi itu mengingatkan sesuatu.” Joe menatap Bram yang masih asyik merokok. “Aku mau membantumu tentang undian itu. Asalkan kau mau mendengarkan sedikit ceritaku.”
Bram mengangguk.
Joe mulai bercerita. “Aku beruntung dalam hal uang, tapi tidak beruntung dalam hal pernikahan. Aku punya masalah, Bram. Istriku tahu aku suka teh, tapi dia selalu menyuguhkan kopi. Kau tahu apa artinya?”
“Maaf kawan. Aku belum menikah. Aku tak mengerti masalah rumah tangga.”
“Secara tidak sadar istriku telah membuatku jengkel. Rasa cintaku memudar. Secangkir kopi ... secangkir kopi ....” Joe mengulangi perkataannya sambil berpikir. Meyakinkan dirinya sendiri, bahwa dugaannya pasti benar. “Istriku tidak bisa melupakan mantan suaminya.”
***
Hari berikutnya.
Joe sedang membaca koran pagi di halaman rumah. Istrinya muncul dan membawakan secangkir kopi.
“Buang! Dan ganti dengan teh!” kata Joe bernada sumbang.
Istrinya takut. Ia buru-buru membuang kopi itu. Lalu masuk ke dalam rumah, berniat menggantinya dengan teh.
 Sonia tidak bisa melupakan kebiasaannya ketika  menjadi istri mantan suaminya, Thomas. Setiap pagi ia sering menyiapkan kopi untuk thomas. Kebiasaan itu berlanjut hingga ia memiliki suami yang baru, Joe. Setiap pagi dan malam ia selalu menyediakan kopi untuk Joe.
Joe tidak menyukai secangkir kopi. Dalam arti lain, ia tidak menyukai Sonia yang masih terbawa masa lalu. Tetapi  ia tidak pernah menegaskan bahwa dirinya hanya sebagai pelarian istrinya, atau sebagai pelampiasan materiil.
Hari-hari berikutnya Joe sering pulang malam. Ia mencari penghiburan untuk menenangkan hati.
Ketika ia pulang ke rumah dan mengucapkan selamat tidur kepada Sonia, ada sedikit hal aneh yang tidak dimengerti Sonia ....
“Selamat tidur, Sayang ....” Joe mengecup bibir istrinya.
Jika Sonia peka seperti joe, ia pasti tahu. Joe sering mengecup pipi sebelum pergi atau sebelum tidur. Tetapi baru-baru ini ia mengecup bibirnya.
Sonia sedang dalam proses mengubah kebiasaan di masa lalunya. Sedangkan Joe baru saja  dihinggapi kebiasaan-kebiasaan masa kini. Selama pergi pulang malam, siapa yang tahu jika Joe mempunyai kebiasaan mengecup bibir wanita lain?  
 “Ini Secangkir kopinya, Sayang,” kata Sonia diwaktu lain.
“Dan ini kecupanku, Sayang,” balas Joe.
Kesan harmonis yang menyembunyikan sesuatu. Hanya tinggal menunggu waktu. Mereka saling menutup diri.
Menutupi pasangan gelapnya masing-masing ....

                                                    ~Sekian~

Tegar Noorwira DP
10 Mei 13 *Secangkir Kopi*



 TENTANG PENULIS

Tegar Noorwira Dwi Pangestu, lahir tanggal 13 maret 1989. Tinggal di Karangwaru Lor TR 2/95 RT 01 RW 01 Yogyakarta. Adalah seorang penulis freelance. Serius menjadi penulis saat duduk di Sekolah Menengah Atas. Karya pertamanya yang sudah pernah terbit adalah “Reinkarnasi Pangeran Angin” (Novel terbitan tahun 2011).
Selain mempunyai hobi menulis (puisi, cerpen, novel), menggambar, menciptakan lagu, dan fitnes, ia juga menjadi penulis khusus untuk cerita komik di beberapa penerbit berkolaborasi bersama seorang komikus. Selain itu, masih ada juga beberapa karya indie.
Penulis bisa dihubungi atau dijumpai melalui akun facebook Egar Noorwira Dp. Alamat blog www.egarnoorwira.blogspot.com.







 




CATATAN: Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

Posting Komentar untuk "CERPEN : "Secangkir Kopi" Oleh : Tegar Noorwira D.P. "

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress