Cerpen : Khanza dan Rayanza - Oleh : Lepisiah



Khanza Medina Putri, adalah seorang gadis yang tak jauh berbeda dengan gadis-gadis lain pada umumnya. Tak banyak inginnya, ia hanya berharap bisa dicintai oleh ibunya sebagaimana kasih ibu pada sang buah hatinya. Mampukah ia memujudkan impiannya itu ditengah delima yang menerpa yang seolah tiada ujung?

Suatu hari Khanza berjualan nasi goreng seperti biasanya, ia begitu semangat dan tak ada kata menyerah meskipun ibunya selalu membeda-bedakan antara dia dan kakaknya bernama Elina. Elina masih melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan, Elina tak perlu cemas akan dana karena ibunya akan menyanggupi segala keperluannya, sedang Khanza sedari awal tak pernah diberi kesempatan untuk kuliah padahal iapun bercita-cita menjadi seorang guru.

Ditengah sibuk melayani pelanggan seketika Khanza dikejutkan dengan beberapa laki-laki yang dengan sengaja membuat keributan. Orang-orang kian pergi karena merasa tak nyaman, dan hari itu Khanza mengalami kerugian yang cukup besar. Khanza lalu ingin melawan tapi ia sadar bahwa jumlah mereka cukup banyak dan ia tak akan mampu melawan yang bisa ia lakukan hanyalah mengikhlaskan.

Lalu salah seorang dari mereka tiba-tiba datang dan mendekat ke arah Khanza, namanya Rayanza. Ya Rayanza adalah orang pertama yang tak suka pada Khanza sebab orang-orang selalu membully mereka dikarenakan nama mereka hampir sama dan Rayanza mengira bahwa Khanza adalah penyebab kakaknya masuk penjara. Tapi hal itu tak membuat Khanza menyerah, ia yakin bahwa suatu hari akan ada seseorang yang bisa menerimanya dengan tulus. Khanza sudah berusaha menjelaskan kepada Rayanza bahwa bukan dia penyebabnya tapi apalah daya Rayanza tak pernah mau mendengarkannya.

Rayanza sempat bilang, “Karena sampai kapanpun aku tak akan pernah suka sama kamu Khanza! Masih terlalu banyak perempuan yang jauh lebih sempurna dibanding kamu!” begitulah tegasnya pada Khanza dihadapan teman-temannya. Setibanya Khanza dirumah, ibu Khanza sangat terkejut melihat semua barang bawaan Khanza berantakan, ibunya justru tak menanyakan tentang keadaan Khanza sedikit pun ibunya lantas memarahi serta menganggap itu adalah kesalahan Khanza sendiri. Ibunya tak peduli, bagaimana pun caranya Khanza harus bisa mendapatkan uang untuk membayar kuliah kakaknya dua minggu kedepan. Khanza hanya bisa mengangguk sembari meneteskan air mata, ia merasa ini semua tidak adil.

Malam harinya Khanza sedang menulis di buku diarynya saat sedang terperangkap didalam ceritanya, ibunya tiba-tiba masuk dan menyuruh Khanza mencari kakaknya karena sampai saat itu Elina belum juga pulang. Tanpa ada penolakan Khanza lalu menuruti perintah ibunya, Khanza memutuskan untuk mencari Elina ke kampusnya. Setibanya di kampus, Khanza lalu bertanya pada teman-teman Elina namun mereka bilang Elina sudah pulang dari tadi siang, bahkan sebelum jam pelajarannya usai. Tak ingin menyerah Khanza lalu terus mencoba menghubungi kakaknya itu, namun tiada jawaban. Hingga handphone Khanza tiba-tiba berbunyi dan yang menelponnya adalah kakaknya Elina, Khanza lalu bertanya keadaan kakaknya itu namun tidak ada jawaban ternyata handphone Elina di pegang oleh laki-laki, laki-laki itu lantas mematikan teleponnya, orang itu lalu memberi pesan, “Kalau kamu mau kakakmu selamat! Datang ke jalan Purnama sekarang!” ancamnya. Tanpa berpikir panjang Khanza lalu datang ke alamat yang orang itu perintahkan.

Di perjalanan tak sengaja Khanza bertemu dengan Rayanza. Saat itu Rayanza mencoba menghalau Khanza dengan menghadang Khanza dengan sepeda motornya. Namun kali itu Khanza tak ingin berdebat, dia hanya fokus agar bisa segera sampai ke tempat dimana kakaknya disekap. Rayanza tak menyerah ia lalu mengikuti Khanza dari belakang, setibanya di tempat yang dituju terdapat sebuah gedung tua yang sangat gelap, walau sempat ragu untuk melangkah masuk tapi hal itu tak membuat Khanza mundur untuk menolong Elina. Disisi lain Rayanza kian bertanya-tanya kenapa Khanza ke gedung itu? Pikiran Rayanza kian buruk pada Khanza ia sempat berucap, “Kelihatannnya aja polos, lugu, enggak tahu apa-apa, nyatanya mainnya disini!” celetuknya.

Setibanya di dalam, Khanza tak berhenti memanggil-manggil nama kakaknya itu, meski takut dan hanya ada penerangan dari senter di handphonenya saja namun ia tak ada pilihan lain, satu hal yang ada dibenaknya bahwa keselamatan Elina jauh diatas segala-galanya. Hingga seseorang menarik Khanza dari belakang, dan orang misterius itu membawanya ke ruangan dimana Elina disekap. Karena penasaran Rayanza lalu menyusul Khanza.

“Kak, kakak baik-baik aja kan?” tanya Khanza penuh cemas

“Dek, tolong bebasin kakak dari sini.” pinta Elina

“Iya kak,” sahut Khanza

“Eits... Kalian enggak akan keluar dari sini, sebelum kalian mau tanda tangan surat perjanjian ini!” sela orang yang mengenakan topeng itu

“Perjanjian apa?” Khanza

Setelah mendengar suara-suara, Rayanza lalu mencari sumber suara itu dan setelah beberapa saat ia lalu menemukan Khanza, Elina dan penjahat itu.

“Asal kamu tahu kakak kamu ini, sudah meminjam uang saya 50 juta, dan saya enggak mau tahu dalam waktu satu bulan kalian terutama kamu harus bisa membayarnya kalau enggak kalian akan tanggung sendiri akibatnya!” tegas orang itu

“Apa 50 juta?” sahut Khanza

“Wow banyak juga ya hutang kakaknya Khanza?” sontak Rayanza dari balik tembok

Kemudian Elina mohon kepada Khanza agar ia bersedia menuruti permintaan orang itu, agar mereka bisa pulang. Elina tahu bahwa adiknya itu tak akan tega melihat kakaknya ada dalam masalah, dan tanpa berpikir panjang Khanza lalu mengikuti perintah penjahat itu. Saat Khanza sudah tanda tangan tak sengaja Rayanza teriak setelah tak sengaja ia melihat tikus di dekat kakinya hal itupun membuat sang penjahat menodongkan senjatanya kepada Elina. Elina lalu marah pada Khanza kenapa dia membawa orang lain kedalam masalah itu dan justru melibatkan orang lain. Karena tak ada pilihan Rayanza lalu keluar dari persembunyian dan mendekat kearah mereka.

Keadaan semakin tegang namun Khanza mencoba mencairkan keadaan ia tahu bahwa Rayanza tak akan ikut campur dengan masalahnya, sebab dari awal Rayanza pun sudah membenci dirinya. Namun sang penjahat masih tak mau mendengar, penjahat itu menyimpulkan kalau Khanza dan Rayanza telah bekerja sama. Karena tak ada pilihan Rayanza lalu melawan penjahat itu, Rayanza pun meminta Khanza untuk segera keluar seraya membawa kakaknya ke tempat yang lebih aman.

Setibanya di luar, Khanza lalu meminta Elina untuk tetap stay di sebuah warung di seberang gudang tua itu, sedang ia memilih kembali untuk memeriksa keadaan Rayanza. Baru kali ini Khanza nampak begitu mencemaskan keadaan seorang Rayanza, mungkin karena Rayanza sudah mau membantunya dan juga kakaknya dibalik semua permasalahan yang ada diantara mereka berdua.

Saat itu ia mendapati penjahat itu telah tergeletak di lantai dan Rayanza selamat, terlukis perasaan lega diwajahnya. Saat Khanza hendak mendekat ke arah Rayanza, tiba-tiba penjahat itu kembali berdiri dan mencoba melukai Rayanza dari belakang dan dengan sigap Khanza lalu mendorong Rayanza sekuat yang ia bisa hingga Khanza lah yang menerima sebuah tancapkan pisau dari penjahat itu. Saat itulah Rayanza bertanya dalam hatinya, “Apa mungkin gadis sebaik Khanza menjadi penyebab kakaknya masuk penjara?”. Rayanza lalu meminta Khanza untuk bertahan, sedang penjahat itu lalu bergegas melarikan diri.

Karena tak ada pilihan Rayanza lalu mengangkat tubuh Khanza dan membawanya keluar dari gudang tua, karena Khanza telah kehilangan darah yang cukup banyak ia lalu pingsan setibanya di warung Elina turut mengkhawatirkan keadaan adiknya itu. Dan mereka bergegas membawa Khanza ke rumah sakit. Setibanya dirumah sakit, para petugas lalu memberikan pertolongan pada Khanza. Elina lalu berniat memberi tahu kondisi adiknya itu pada ibunya, namun Rayanza lalu bilang, “Tadi sebelum Khanza pingsan dia sempat bilang, agar jangan kasih tahu masalah ini ke Tante Dewi” tutur Rayanza. Elina pun mengurungkan niatnya, dan karena sudah larut malam dan Khanza belum kunjung sadar akhirnya Elina memberanikan diri untuk pamit dan menitipkan Khanza pada Rayanza.

Walau sempat menolak namun Elina berhasil meyakinkan Rayanza bahwa mungkin itu satu-satunya cara agar ibu mereka tak curiga mengenai keadaan Khanza saat ini. Karena tiada pilihan Rayanza lalu menuruti. Saat Elina sudah pulang, terbesit dipikiran Rayanza untuk meninggalkan Khanza begitu saja dan ia sempat melangkah untuk keluar dari rumah sakit tersebut tapi hatinya menolak untuk itu, ia tak tega bila harus meninggalkan Khanza sendiri terlebih dengan kondisi Khanza saat ini.

Di rumah, Elina disambut begitu baik oleh ibunya. Ibunya lalu menyalahkan Khanza karena tak berhasil menemukan kakaknya. Dan justru pamit tidur dirumah temannya yaitu Zachira, itulah alasan yang tepat menurut Elina agar ibu mereka tak curiga. Dirumah sakit, Khanza lalu sadar dari pingsan dan ia merasa kebingungan dimana dia sekarang?, suster lalu bilang kalau sekarang ia sedang ada di rumah sakit, karena tadi baru saja kena musibah. Tak berhenti sampai disitu Khanza lalu bertanya pada sang suster, “Sus, gimana dengan keadaan kakak saya dan Rayanza teman saya?”

“Mereka semua baik,” tak berselang Rayanza lalu masuk ke ruangan,

“Jangan terlalu mencemaskan orang lain sementara keadaan kamu aja kayak gini” ketus Rayanza

“Iya, btw kak Elina dimana?” tanya Khanza

“Tadi kakak kamu sudah pulang, katanya biar Tante Dewi enggak curiga.”

“Itu lebih baik biar kak Elina juga bisa istirahat pasti dia capek,” gerutu Khanza

“Yaudah kalau begitu saya keluar” pamit sang suster

“Jangan.. “sontak mereka berdua

“Kompak banget,” celetuk sang suster

“Enggak papa, yang penting pintuya tetap dibuka” kemudian sang suster keluar

Keadaan sempat hening lalu,

“Kenapa sih kamu berkorban untuk ku? Kenapa kamu enggak biarin aku aja yang ditusuk tadi?”

“Itu sudah seharusnya kok, aku akan lebih merasa bersalah lagi kalau kamu sampai terluka sedang kamu enggak ada salah apa-apa.” urai Khanza

“Memangnya kamu ada salah? Bukannya itu semua salah kakak kamu ya?”

“Itu mungkin kesalahan kakakku tapi aku yakin dia enggak bermaksud bawa aku kedalam masalahnya,” bela Khanza

“Tahu ah..” kesalnya kemudian duduk di sebuah kursi

Karena tak enak hati dan tak ingin merepotkan lagi, Khanza lalu meminta Rayanza untuk pulang. Ia yakin pasti orang tuanya juga cemas kalau anaknya tidak pulang-pulang apalagi sudah larut malam. Namun Rayanza bilang kalau dia bisa cari alasan agar orang tuanya tak mengkhawatirkan keadaannya. Tak disangka Rayanza rela menjaga Khanza padahal hubungan mereka terbilang tak baik-baik saja. Rayanza pun merasa bingung ada apa dengan dirinya, mengapa dia tak tega bila harus meninggalkan Khanza sendirian padahal yang dia tahu bahwa dia sangat membenci Khanza atau rasa itu sudah berubah.

Pagi harinya, Elina lalu pamit ke kampus seperti biasa. Dan tante Dewi kemudian bertanya-tanya apakah Khanza akan pulang hari ini atau belum? Namun Elina tak bisa menjawab apa-apa, Elina lalu mengalihkan pembicaraan dengan berbagai macam cara. Nampaknya Tante Dewi semakin kesal pada Khanza. Di rumah sakit, saat Khanza membuka mata ia tak mendapati Rayanza lagi, mungkin Khanza salah karena terlalu berharap Rayanza akan menjaganya sampai pagi. Hingga seseorang lalu datang dan mengejutkannya, orang itu tak lain adalah Rayanza.

“Aku pikir,”

“Aku masih ada disini, cuma aku tidur diluar,” sahut Rayanza

Beberapa saat kemudian, makanan lalu datang. Khanza lalu merasa tak nafsu untuk makan karena lidahnya terasa pahit namun Rayanza lalu menyakinkan kalau ia harus makan agar bisa segera keluar dari rumah sakit itu dan supaya ibu mereka tak curiga. Khanza lalu memaksakan diri untuk makan walau sedikit. Beberapa saat kemudian ia lalu teringat pada kakaknya,

“Apa kak Elina enggak akan kesini ya pagi ini?” tanya Khanza dalam hati

“Khanza... Jangan ngelamun nanti kamu kerasukan baru tahu rasa,” canda Rayanza

“Apaan sih buruk banget do'anya” timpal Khanza

“Ternyata Khanza cantik juga kalau lagi kesel kayak gini, astaghfirullah apaan sih?” gumam Rayanza

Waktu kian bergulir benar saja Elina justru tak menjenguknya namun ia tetap menyakinkan diri bahwa mungkin saja kakaknya sedang sibuk kuliah jadi tak ada waktu untuk membesuknya walau untuk sesaat. Ia hanya kasihan pada Rayanza yang belum pulang dari semalam, kemudian Khanza ada ide. Ia memutuskan ingin rawat jalan aja, karena merasa dirinya sudah jauh lebih baik. Rayanza sempat tak setuju dengan keputusan Khanza, ia takut akan terjadi hal buruk pada Khanza, namun Khanza tetap bersikekeh untuk pulang.

Akhirnya pihak rumah sakit pun mengizinkan Khanza untuk pulang. Lagi-lagi Rayanza yang menolong Khanza membayar biaya rumah sakit, namun Khanza berjanji akan segera mengganti uang Rayanza kalau sudah ada. Namun Rayanza lalu bilang,

“Udahlah enggak usah dipikirin, lagian itu tabungan ku sendiri bukan dari orang tuaku, bukannya kamu lagi perlu uang juga buat bayar hutang kakak mu kan? Lebih baik kamu fokus ke itu dulu.” Saran Rayanza

“Iya kamu bener Rayan...” seketika melintas teman-teman Rayanza

Sikap Rayanza sontak berubah seakan-akan ia tak sudi bila harus dekat-dekat dengan Khanza. Khanza lalu pulang sendiri, beruntung ia masih punya sedikit uang untuknya bisa pulang sedang Rayanza terus ngobrol dengan teman-temannya. Teman-temannya sempat curiga pada Rayanza mereka menyadari bahwa Rayanza masih mengenakan baju kemarin, dan ada sedikit darah di baju yang Rayanza kenakan. Namun akhirnya Rayanza bisa mengelak dan menutupi yang sebenarnya terjadi hingga teman-temannya pun percaya.

Setelah Rayanza berpisah dari teman-temannya terbesit tanya dibenak Rayanza, apakah Khanza baik-baik aja? Apa dia sudah sampai rumah? Karena tak ingin semakin penasaran ia lalu menuju rumah Khanza. Setibanya dirumah Khanza ternyata Rayanza mendapati Khanza sedang dimarahi ibunya, yang Rayanza dengar adalah;

“Kenapa kamu nganter kakak kamu sampai kerumah baru nginep teman temen kamu itu Zachira? Gimana kalau kakak kamu sampai kenapa-napa?”

Namun Khanza tak berani menjawab apa-apa ia hanya terdiam seraya meminta maaf pada ibunya, hati Rayanza semakin tersentuh. Ia pun geram dan ingin berkata yang sejujurnya tapi ia sadar hal itu tak akan membuat keadaan menjadi lebih baik, mungkin saja hal itu akan membuat Khanza semakin terpojokkan dan menderita.

Hari itupun berlalu, keesokannya Khanza kembali semangat lagi untuk mencari cara agar nasi gorengnya selalu ramai dan dengan begitu dia bisa mengumpulkan uang untuk membayar biaya kuliah kakaknya dan juga mencari uang agar bisa membayar hutang kakaknya 50 juta walau ia tahu hal itu tak mudah. Setibanya di depan gang, seseorang mengagetkannya dan orang itu adalah Rayanza,

“Kamu yakin kamu kuat buat jualan? Bukannya kamu belum benar-benar pulih?” tanya Rayanza

“Inysa’Allah aku kuat kok, ini semua demi kebaikan kami”

“Kebaikan kami atau kakak mu aja?” cetus Rayanza

Namun Khanza tak ingin berdebat lagi, ia hanya semangat berjualan untuk mengais rezeki. Rayanza bilang, kalau hari ini dia masih libur kerja dan dia ingin membantu Khanza semampu dia. Meski awalnya Khanza sempat menertawakan mana mungkin seorang Rayanza mau panas-panas cuma buat nolongin dia, namun akhirnya Rayanza berhasil membuktikan itu semua. Nampaknya pelanggan kian merapat terutama yang cewek-cewek, ya mungkin karena mereka ikut terpesona dengan ketampanan Rayanza. Hari itupun Khanza lalui dengan amat bahagia, tanpa terasa dagangan merekapun lantas habis. Khanza sangat berterima kasih pada Rayanza karena sudah banyak membantunya, tak lupa Rayanza pun berterima kasih padanya sebab menurut Rayanza Khanza cukup membuatnya semakin bisa bersyukur dengan apa yang dalam menjalani hidup ini.

Hari-hari kian berlanjut jualan Khanza pun semakin lancar, hingga akhirnya ia berhasil membayar uang kuliah Elina. Dan tibalah saat terberat Khanza, karena selama ini ia terlalu memporsir dirinya untuk kerja akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit. Ibunya justru menyalahkan Khanza karena ia tak bisa menjaga dirinya untuk tetap sehat. Saat itu baik ibunya dan juga Elina lebih memilih pulang ke rumah daripada menjaga Khanza dirumah sakit. Rayanza kian tak terima dengan sikap orang tua Khanza dan juga Elina tapi Khanza tak ingin terjadi masalah yang lebih besar iapun berusaha terlihat tegar dihadapan Rayanza dan meminta agar Rayanza tetap diam.

Hari itu Rayanza benar-benar telah menepis kebencian dihatinya, ia sadar bahwa tak mungkin gadis sebaik Khanza tega membuat kakaknya masuk penjara. Iapun tak peduli kalaupun teman-teman Rayanza menjauhinya hanya karena dia dekat dengan Khanza. Lalu Rayanza meminta Khanza untuk istirahat, saat Khanza telah terlelap tak sengaja Rayanza melihat buku diary Khanza. Iapun penasaran dan ingin membaca buku diary Khanza itu seraya berjalan keluar ruangan, saat membaca iapun terbawa suasana ia semakin yakin kalau Khanza tak mungkin bersalah. Sebab dari diary yang Rayanza baca bahwa Khanza hanya menginginkan agar ia dicintai oleh ibunya sama seperti kakaknya. Dan diwaktu yang bersamaan Rayanza akhirnya tahu kalau Khanza telah jatuh hati padanya. Perasaan campur aduk, ia hanya belum sadar akan perasaannya sekarang.

Keesokannya Rayanza tetap bersikap seperti biasanya, dan Khanza lalu ingin pulang karena lagi-lagi ia merasa lebih baik hanya perlu istirahat. Dan iapun pulang. Hari-hari kian ia lalui, dan kala itu Rayanza tak menemaninya lagi. Tapi Khanza sadar bahwa selama ini Rayanza sudah terlalu banyak membantunya dan itu sudah cukup. Ia tak pernah peduli akan kesehatan yang ia pedulikan ialah sebisa mungkin ia mencari uang agar bisa mengumpulkan uang untuk membayar hutang-hutang kakaknya. Ia hanya percaya bahwa Allah tak akan menguji seorang hamba melebihi batas kemampuannya.

Hingga hari yang ditunggu pun tiba, namun uang Khanza masih belum cukup 50 juta, ia lalu memutar otak untuk bisa menjual sesuatu yang berharga dan untungnya ia teringat akan gelang satu-satunya peninggalan sang ayah, meski berat ia pun rela menjual gelang tersebut demi kakaknya hingga cukuplah uang itu 50 juta.

Mereka lalu bertemu kembali di gedung tua, dan sesegera mungkin Khanza memberikan uang itu pada penjahat itu. Nampaknya baik Elina dan orang itu merasa lega sekaligus tak menyangka seorang Khanza bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu satu bulan. Itulah pertolongan Allah tidak ada yang tidak mungkin, saat penjahat itu beranjak pergi ternyata mereka telah dikepung oleh segenap polisi, dan Elina kembali menyalahkan Khanza dengan semua yang terjadi padahal itu adalah inisiatif Rayanza, sebab Rayanza mengetahui suatu fakta bahwa sebenarnya Elina dan penjahat itu telah bekerja sama untuk memeras Khanza. Ia tahu bahwa Khanza tak akan tega menyaksikan kakaknya menderita apalagi sampai terluka.

Saat mengetahui itu semua hati Khanza sangat hancur sebab ia begitu berjuang selama ini, tapi nyatanya ini semua ulah kakaknya sendiri. Elina dan penjahat itupun lalu dibawa ke kantor polisi. Kemudian pihak polisi pun memberikan informasi tersebut pada Tante Dewi, hal itupun cukup membuat Tante Dewi tak menyangka dan justru berpikir bahwa yang ditangkap adalah Khanza bukan Elina putri kesayangannya. Di perjalanan,

“Aku pikir kamu enggak peduli sama aku lagi” keluh Khanza

“Aku enggak pergi Za, selama ini aku hanya fokus cari informasi tentang kakakmu saja”

“Iya tapi...”

“Aku tahu Za, kamu pasti kecewa sekali sama kakakmu, kami boleh nangis jangan sampai luka itu kamu pendam dan justru membuat kamu lebih menderita.” Saran Rayanza

Kemudian Khanza menangisi sejadi-jadinya, kemudian setelah beberapa saat dia kembali tenang dan merasa lebih baik dari sebelumnya. Tibanya dirumah sakit, Elina lalu meminta maaf kepada Khanza dan agar Khanza bersedia membebaskannya dari hukuman apapun juga. Tak berselang Tante Dewi lalu berlutut dihadapan Khanza, ia sadar bahwa Elina bersalah tapi lagi-lagi Tante Dewi tetap rela melakukan apa saja demi putri kesayangannya itu.

Biar bagaimanapun Khanza juga adalah seorang anak iapun tak akan tega melihat ibunya bersimpuh dihadapannya. Iapun meminta Rayanza membebaskan kakaknya itu,namun Rayanza lalu bilang, “Kalau dulu Khanza tidak pulang kerumah bukannya karena tidur dirumah temannya, justru Khanza dirawat dirumah sakit karena menyelamatkan kak Elina dari penjahat itu yang ternyata...”

Tak begitu lama, seseorang lalu datang kemudian bilang bahwa Elina lah yang membuatnya masuk penjara bukan Khanza. Orang itu adalah Arden, kakak dari Rayanza.

“Apa kak?” sontak Rayanza

“Dulu kakak dan Elina adalah sahabat dan semua baik-baik saja, hingga suatu hari Elina meminta kakak untuk menipu seseorang dan saat apa yang Elina inginkan telah ia dapat orang itu lalu melawan. Dan karena waktu itu kakak terdesak, kakak tak sengaja mendorong orang itu yang menyebabkan orang itu meninggal.”

“Lalu kenapa kakak bilang kalau orang itu adalah Khanza?” Rayanza begitu emosi

“Karena kakak enggak ada pilihan, kakak sudah terlanjur sayang sama dia. Sedangkan Khanza dia bukan siapa-siapa buat kakak” papar kak Arden

“Enggak gini caranya kak?” Rayanza teramat kesal

Khanza lalu mencoba menenangkan Rayanza, ia bilang semua yang terjadi sudah ketetapan yang Maha Kuasa. Tak ada yang perlu disesali lagii. Diwaktu yang bersamaan Elina menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Khanza dengan segenap hatinya. Ia begitu malu pada adiknya itu, yang semestinya ia jadi contoh justru malah dia menjadi penyebab adiknya menderita lagi dan lagi.

Tante Dewi pun menyadari bahwa selama ini ia salah karena terlalu memanjakan Elina, hingga ia tak pandai membedakan mana yang benar dan yang salah. Semua ini Tante Dewi lakukan karena sedari kecil dulu Elina selalu sakit-sakitan dan dengan peristiwa itu membuat Tante Dewi lebih memperhatikan Elina dibanding Khanza. Sejak hari itu Tante Dewi berjanji akan menyayangi Khanza sebagaimana ia mencintai dan menyanyi Elina. Hal itupun membuat Khanza sangat bahagia. Suatu yang ia nantikan akhirnya bisa terwujud, iapun berterima kasih pada Allah sebab telah memberinya kekuatan hingga ia bisa berdiri hingga sekarang.

Iapun bertema kasih pada Rayanza karena ia bersedia membantu Khanza melalui segudang masalah yang menerpanya. Setelah peristiwa itu, Elina mau terjun dalam usaha nasi goreng Khanza dan mereka sangat kompak. Uang yang mereka miliki mereka manfaatkan sebaik-baiknya, hingga beberapa bulan kemudian mereka bisa buka beberapa cabang. Dari sanalah Khanza bisa menabung dan mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah dan mengejar cita-cita menjadi seorang guru.

Hingga suatu hari, Elina mengajak Khanza ke suatu tempat yang sangat indah. Disana terdapat beberapa hiasan bunga yang memanjakan mata. Lebih tepatnya seperti sebuah acara pertunangan, saat Khanza bertanya ini tempat apa? Elina hanya terdiam sembari membuatnya penasaran. Dan benar saja, saat itu Khanza mendapati ibunya sudah mengenakan baju rapi, dan ada orang tua Rayanza juga yang nampak memancarkan wajah berseri. Lalu seseorang datang, dan seolah membawa sebuah harapan baru orang itu adalah Rayanza.

Rayanza lalu mengutarakan niatnya pada Khanza hal itupun membuat Khanza meneteskan air mata,

“Kenapa kamu nangis? Kalau kamu enggak mau aku enggak maksa” kata Rayanza

“Kamu enggak ngerti aja, dia nangis bukan karena enggak mau tapi karena terharu,” sahut Elina

“Memangnya iya?” tanya Rayanza

Sedang Khanza hanya bisa mengangguk dan tak bisa berkata apa-apa. Semua berakhir bahagia, kini Khanza hanya menangis karena terharu bukan karena cemburu pada kakaknya itu. (Baturaja, Lepisiah)





Posting Komentar untuk "Cerpen : Khanza dan Rayanza - Oleh : Lepisiah"

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress