Sebuah travel melaju cukup kencang di malam hari, seorang gadis menggunakan gamis berwana biru dilengkapi kerudung berwarna biru tua melihat terus kearah jendela mobil. Angin malam senantiasa mengibaskan kerudung yang dipakainya. Selang beberapa menit, ia menoleh ke arahku. Wajahnya bulat bersih bersinar seperti purnama, matanya bulat terang dan dihiasi kelentikan bulu matanya. Bibirnya tipis yang senantiasa selalu tersenyum. Namun walau begitu, gurat kesedihan itu masih terpancar jelas di wajahnya.
Setelah membalas senyumnya, keheningan pun terjadi. Walau duduk berdampingan namun tak ada yang mau memulai pembicaraan. Aku yang hobi bersosialisasi dengan banyak orang tentu kondisi seperti itu menggelitikku untuk memulai pembicaraan.
“Mau kemana, kak? Tanyaku untuk memulai pembicaraan
“Aku mau ke Padang Panjang, dek. Kalau boleh tau, kamu sendiri mau kemana dek? Ujarnya
“Aku mau ke Bukittinggi, kak. Oh ya ngomong-ngomong kakak tinggal di Padang Panjang kah? Balasku sambil memancing pertanyaan berikutnya
“Bukan dek, Aku tinggal di Jakarta. Kebetulan nenekku tinggal di Padang Panjang”. Jelasnya
“Owh iya, nama kakak siapa? Tanyaku penasaran
“Namaku Sheina Risa, kamu bisa panggil aku Risa. Namamu siapa?”. Ujar Risa
“Namaku Chatika Permata, kakak bisa panggil aku Chantika saja. Oh ya kak, kak boleh minta nomor WhatsApp-nya kak? Supaya nanti kita bisa komunikasi lebih lanjut kak.” Ujarku sedikit memohon
“ Baik, catat ya. Nomor WhatsApp kakak 0813-XXXX-XXXX.” Ujar Risa
“Terimakasih kak.” Ujarku ke Kak Risa karena sudah memberikan kontaknya.
“Iya sama-sama dek.” Balas Risa
Tak terasa percakapanku dan kak Risa berlangsung lama sehingga tanpa ku sadari, sebentar lagi kak Risa sampai ditujuan. Setelah memberhentikan travelnya, kak Risa pun turun.
“Kakak turun duluan ya dek, kapan-kapan kalau ada waktu jangan lupa mampir ke tempat kakak ya?” basa basi Risa sebelum turun
“Iya kak, nanti ku kabari kakak kalau mau ke tempat kakak. Hati-hati ya kak.” Ujarku sambil melihat kepergian kak Risa
Entah kenapa Chantika merasakan kalau ada ikatan antara ia dan Risa. Namun rasa itu ditepisnya. Chantika terus mengamati jalan yang lurus, ia bergeser duduk kearah jendela karena mau mengamati jalanan.
****
Sesampainya di rumah bercat biru muda, Risa menghentikan langkahnya. Rasanya ia sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumah neneknya itu semenjak ia kehilangan adiknya 15 tahun yang lalu. Ia terbayang kembali saat adiknya hilang di taman bermain kala itu. Lamunannya pun buyar saat ada seseorang yang membuka pintu.
“Nenek, Assalamualaikum.” Ujar Risa sambil bersalaman dengan neneknya
“Waalaikumsalam, Nak. Gimana tadi di jalan? Amankan? Ujar Nenek sambil mengajak masuk
“Alhamdulillah Nek, aman.” Timpal Risa lagi sambil menuju ruang tamu bersama Nenek
“Oke sebentar ya. Nenek kebelakang dulu ambil minum.” Ujar Nenek sambil berlalu kearah ruang makan.
Namun baru beberapa langkah nenek berjalan, Risa langsung berdiri dan berkata, “Nenek jangan repot-repot, Nenek duduk saja. Minum biar Risa sendiri yang ambil Nenek.” Cegah Risa
“Tapi, Nak. Kamu kan capek tuh tadi jalan kesini.” Ujar Nenek
“Engga kok Nek. Risa kan kuat Nek. Risa ambil minum dulu ya Nek” canda Risa sambil tersenyum sama neneknya dan berlalu menuju ruang makan.
Nenek hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah cucu kesayangannya itu sambil duduk di sofa. Risa berjalan dari ruang makan menuju ke ruang tamu.
“ Oh ya Nek, Risa bawain oleh-oleh untuk nenek.” Ujar Risa sambil mengeluarkan oleh-oleh dari tasnya
“Alhamdulillah, makasih ya.” Ujar Nenek
“sama-sama, Nek.” Ujar Risa
“Oh ya, mama kamu gimana kabarnya? Tanya Nenek
“Alhamdulillah baik, Nek. Oh ya mama titip salam untuk nenek karena mama ngga bisa ikut kesini karena mama harus kekantor setiap hari” Jawab Risa
“Iya nenek tau, kebetulan sebelum kamu datang. Mamamu sudah nelpon ke nenek.” Ujar Nenek
Hari pun semakin larut, Nenek pun mengantar Risa ke kamar untuk istirahat. Risa pun langsung menjatuhkan badan ke kasur. Memenjamkan matanya merasakan kenyamanan di kampungnya. Tak lama kemudian, Risa pun merasakan dirinya sudah berada di alam mimpi.
***
Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, Chantika baru sampai dirumahnya. Bapak Ibunya yang lagi bertugas di luar daerah membuat Chantika cuma tinggal bersama asisten rumah tangganya bernama Bude Surti. Chantika merasakan kesepian karena semenjak ia menginjakkan kaki di SMA, Bundanya mulai kerja di kantor lagi.
Seperti biasanya sesampai dirumah, Chantika langsung masuk kekamar. Ia masih memikirkan pertemuannya tadi bersama Risa. Ia membayangkan andaikan Risa itu kakaknya pasti ia ngga bakal kesepian lagi. Di kamar Chantika pun menghempaskan badannya ke kasur. Tetes air mata langsung membasahi pipinya.
Chantika merindukan sosok seorang kakak agar bisa menemani ia di rumah. Ia membayangkan dulu sebelum bundanya kerja di kantor, bunda selalu rajin ke kamarnya walau untuk sekedar bertanya kejadian apa saja yang terjadi di sekolahnya. Ia merindukan kebersamaan itu lai, namun ia tak bisa berkutik ketika Bundanya memutuskan untuk bekerja di perusahaan ayahnya itu.
“Ayah,Bunda kapan kalian pulang? Chantika rindu sekali” Chantika bergeming sendiri, sambil memegang foto ayah bundanya,
Tak lama memeluk foto ayah bundanya, Chantika terlelap pulas. Namun tiba-tiba chantika terbangun karena mendengar suara ketukan pintu. Chantika semakin merasakan takut karena ketukan itu semakin keras. Chantika pun memberanikan dirinya.
“Siapa di luar?” Tanya Chantika berharap ada yang menjawab.
“Ya Allah, bantu Chantika. Lindungi Chantika ya Allah. Chantika takut banget.” Doanya dalam hati, sambil membuka pintu.
Ketika pintu terbuka, Chantika pun ternganga. Orang yang mengetuk pintunya adalah orang yang sangat dikenal dan dirindukannya.
“Bunda, Ayah.” Ujar Chantika dengan logat manjanya. Chantika pun langsung memeluk keduanya.
“Bunda sama ayah, sejak kapan pulangnya? Kok ngga ada yang ngabarin Chantika.” Sambil terus memeluk bundanya
“Bunda sama ayah sudah pulang dari tadi sore, tapi tadi bunda lihat kamu tidak ada dirumah. Jadi, bunda sudah titip pesan ke Bude Surti agar tidak kasih tau kamu.” Ujar Bundanya, sambil tersenyum puas
“Tuhkan Bunda sama ayah, bikin Chantika kaget aja.” Lirih Chantika sambil memanyunkan bibirnya
“Jangan manyun gitu tuan putri, ayah sama bunda kan ingin ngasih surprise ke kamu?” Canda ayahnya dengan tertawa terbahak-bahak
“Nih, bunda bawa oleh-oleh untukmu.” Ujar bunda sambil memperlihatkan beragam macam oleh-oleh yang sengaja dibelinya untuk Chantika
“Makasih ya ayah, bunda. Chantika pikir ayah sama bunda bakal lama ninggalin Chantika.” Lirih Chantika dengan manjanya
“Tidak dong sayang. Mana mungkin kami bisa lama-lama ninggalin kamu. Apalagi kamu kan satu-satunya putri kami yang paling cantik.” Hibur Bunda dengan pujian untuk putrinya itu
“Makasih Bunda.” Ujar Chantika
“Iya sama-sama nak. Bunda sama ayah ke kamar duluan ya” pamit bunda ke putri tunggalnya itu
“Baik, bunda dan ayah.” Ujar Chantika sambil sibuk membereskan oleh-oleh untuknya.
Kedatangan Ayah dan Bundanya tentu menjadi hal yang sangat membahagiakan bagi Chantika. Chantika akan merasakan kembali kehangatan yang penuh kasih sayang. Walaupun Chantika sudah berumur 17 tahun, ayah bunda tetap memperlakukan Chantika seperti anak kecil.
***
Di kamar, ayah bundanya pun mulai berdiskusi tentang diri Chantika. Mereka bingung bagaimana caranya agar Chantika tidak membencinya setelah mengetahui fakta sebenarnya. Ayah dan Bunda Chantika sengaja menyimpan rahasia besar tentang Chantika yang bukan anak kandungnya karena mereka tak ingin Chantika pergi dari mereka.
“Mas, gimana ya cara kita menyampaikan ke anak kita Chantika bahwa dia bukan anak kandung kita?” Ujar bunda memulai pembicaraan
“Mas sendiri sebenarnya bingung, karena Chantika sudah mas anggap seperti anak kita sendiri” Ujar Ayah
“Iya sih, Mas. Aku pun berpikir demikian. Tapi kita tidak boleh egois juga dengan menyimpan rahasia tentang identitas Chantika sebenarnya.”Ujar Bunda
Chantika yang rencana ingin ke kamarnya, langkah kakinya terhenti didepan kamar ayah bundanya. Chantika pun mendengar perkataan ayah dan bundanya. Chantika pun memilih untuk tetap berhenti dan mendengar kelanjutan dialog ayah dan Bundanya. Chantika sebenarnya tau bahwa tidak boleh mendengar pembicaraan orang tua tapi rasa penasarannya cukup tinggi. Sehingga diam-diam ia mendengar semua pembicaraan ayah dan bundanya.
“Iya sih. Tapi kita tidak mungkin memberi tahu sekarang kalau Chantika bukan anak kandung kita.” Ujar ayah
“Tapi kapan mas kita harus memberi tau Chantika? Chantika berhak tau mas siapa keluarga kandungnya.” Ujar Bunda dengan sedikit isak tangis
“Kamu jangan sedih. Kita pasti bisa mencari waktu yang tepat untuk memberi tahu Chantika, tapi bukan sekarang.” Hibur Ayah ke Bunda
“Tapi aku takut mas jika suatu saat nanti jauh dari kita setelah tahu keluarga kandungnya.”Tangis Bunda kembali terdengar
Mendengar gak itu, Chantika tak kuasa menahan tangis. Ia tak pernah menyangka selama ini ayah dan bunda yang memperlakukannya dengan sangat baik ternyata bukan Ayah dan Bunda kandunya. Chantika pun melanjutkan jalan ke kamarnya. Ia letakan semua oleh-oleh yang dibawa bundanya di kamar dan menutup pintu kamar. Chantika pun menangis sejadi-jadinya.
“Jadi aku ini anak siapa? Siapa ibu dan ayah kandungku sebenarnya?Ya, Allah kenapa kuharus mengetahui ini semua disaat setumpuk kebahagiaan datang kedalam hidupku Tapi aku tidak boleh menyerah, aku harus cari keluargaku. Tapi aku hrus mulai dari mana?.” Chantika berbicara sendiri dengan dirinya
Chantika pun akhirnya menemukan solusi, ia kemudian membuka lemarinya untuk mencari foto sewaktu ia kecil. Ketika melihat foto tersebut, chantika sempat bingung karena didalam foto itu terdapat gelang bernama Chantika. Namun ia tak pernah melihat gelang itu. Chantika pun berpikiran untuk menanyakan ke Bundanya.
Rasa kantuk yang tak dapat dilawannya, Chantika pun memilih tidur untuk mempersiapkan staminanya untuk dipagi hari. Malam pun telah pergi, pagi pun datang. Chantika bergegas ke dapur mempersiapkan sarapan special untuk ayah bundanya. Setelah semua sarapan selesai, Chantika pun menghidangkan sarapan di meja makan.
“Bunda, Ayah sarapan dulu. Ini masakan special untuk Bunda dan Ayah.” Ujar Chantika sambil memegang tangan Bunda dan Ayahnya sambil berjalan kea rah meja makan.
“Wow, kamu bisa masak Nak? Tanya Ibu takjub
“Bisa dong bunda, Chantika kan sering belajar dengan Bude Surti untuk memasak.” Ujar Chantika sambil tersenyum
Semuanya pun menikmati makanan yang sudah disuguhkan oleh Chantika. Setelah semua selesai makan. Ayah dan Bunda sepertinya mau siap-siap menuju kantor. Sementara Chantika tetap stay di rumah karena sedang libur sekolah.
“Bentar Bunda.Chantika mau bertanya, Chantika beneran bukan anak kandung Bunda sama Ayah?” Tanya Chantika sambil menggulung ujung kerudungnya.
“Kok kamu bertanya begitu nak?” tanya bunda dengan sedikit menyelidik
“Maafin Chantika, Bunda. Semalam tak sengaja Chantika mendengar pembicaraan bunda sama Ayah.” Jelas Chantika dengan menunduk karena ketakutan
“Jadi kamu diam-diam mendengar pembicaraan ayah sama bunda? Kamu tau kan Chantika, ayah tidak suka dengan orang yang suka nguping pembicaraan orang lain? Tapi kenapa kamu melakukan itu? ujar Ayah dengan nada tinggi
“Maaf ayah, Chantika bukan bermaksud tidak sopan sama Ayah dan Bunda. Tapiii……” Chantika menghentikan pembicaraannya karena melihat wajah ayahnya yang merah padam dan ia meninggalkan Chantika sebelum selesai bicara
“Mas, tunggu.” Ujar Ibu sambil berjalan cepat mengikuti Ayah
Chantika terduduk lemas di ruang makan. Ia tak menyangka ayahnya itu akan marah besar ketika mengetahui ia mengumping pembicaraan. Chantika tau ia juga salah. Air mata terus mengalir, ia membereskan meja makan dan berlalu menuju kamar.
***
Ponsel Chantika bordering, ia memandang ponsel tersebut ternyata panggilan dari Risa.
“Halo, Assalamualaikum.” Sapa Risa di ponsel
“Halo, Waalaikumsalam kak.” Sahut Chantika
“Oh ya, ngomong-ngomong gimana kabarnya dek?” Tanya Chantika
“Alhamdulillah, baik kak.” Ujar Chantika
“Dek, kamu sibuk ngga minggu ini?” tanya Risa
“Engga sih kak. Kebetulan aku lagi liburan. Emangnya ada apa kak?” tanya Chantika
“Gini dek, rencana kakak mau kunjungi panti asuhan yang ada di Bukittinggi. Kamu mau ikut ngga dek?” tanya Risa sambil mengajak Chantika
“Boleh sih kak. Oke nanti kabari aja dimana kita ketemu ya kak.” Ujar Chantika
“Baik dek. Kakak tutup telponnya ya. Assalamualaikum.” Ujar Risa
“Baik kak. Waalaikumsalam.” Sahut Chantika sambil menutup panggilan telpon.
Kesedihan Chantika seakan hilang setelah ditelpon Risa. Chantika pun mempersiapkan beberapa makanan untuk dibawa ketika bertemu dengan Risa. Chantika pun tak lupa memasukkan foto masa kecilnya ke dalam tasnya. Chantika berharap bisa bertemu dengan orang tua kandungnya
****
Sore pun datang, ayah dan bundanya pun datang. Chantika pun mulai melihat celah untuk bertanya sama ayah dan bundanya. Ketika Ayah dan Bundanya sudah duduk santai, Chantika pun menyampirinya.
“Ayah, Chantika minta maaf yak arena tadi sudah buat ayah marah. Chantika janji tidak akan mengulangi hal itu lagi.” Ujar Chantika dengan wajah penuh rasa bersalah
“Iya, sudah ayah maafkan.” ujar ayah sambil sibuk membolak-balikan Koran
“Terimakasih Ayah.” Ujar Chantika
“Bunda, Chantika minta maaf juga ya.” Ujar Chantika
Iya sayang.” Kata Bunda dengan logat keibuannya
“Oh ya, tadi di mobil ketika menuju perjalanan ke rumah Bunda sudah diskusi sama Ayah. Kami sepakat akan membantumu mencari keluargamu, Nak.” Ujar ibu lagi sambil mengelus kepala anaknya itu
“ Beneran Bunda? Makasih Bunda, Ayah. Chantika bahagia bisa bertemu Ayah dan Bunda. Jadi walaupun nanti Chantika ketemu keluarga Chantika yang sebenarnya. Chantika tak akan pernah melupakan Ayah dan Bunda. Jadi ayah sama bunda tidak usah khawatir” Jelas Chantika sambil tersenyum
“Terimakasih ya Nak.” Ujar Ayah dan Bunda serentak
“ sama-sama Bunda, Ayah. Eh tapi Bunda sama Ayah ngga usah temani Chantika cari keluarga Chantika. Bunda sama Ayah kan lagi sibuk kerja, Jadi Chantika nanti cari sendiri aja.” Ujar Chantika
“Tapi, Nak…….” Ujar Bunda khawatir
“ Bunda tidak usah khawatir, kebetulan Chantika ada kenalan sama seorang perempuan. Jadi nanti Chantika nyari orang tua Chantika bareng dia aja. Kebetulan dia sepertinya baik, Bun.” ungkap Chantika
“ Ya sudah kalau begitu, kamu bawa ini ya.” Ujar ibu sambil menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna merah
“ Ini apa bu?” Ujar Chantika sambil membolak balikan kotak kecil itu
“ Itu gelang yang kamu gunakan ketika bunda menemukanmu sendiri di taman kota.” Jelas Bunda mengingatkan masa lalunya
“Terimakasih ya bunda, gelang ini juga akan mempermudah Chantika menemukan keluarga Chantika
“Iya, nak sama-sama.” Ujar Bunda
“Oh ya Ayah, Bunda. Hari Minggu Chantika izin keluar ya karena ada kegiatan sama teman.” Ujar Chantika ke Ayah dan Bundanya
“Iya boleh.kamu hati-hati ya.” Ujar Ayah disertai anggukan dari Bunda
***
Hari Minggu pun datang, kini saatnya Chantika akan pergi dengan Risa ke sebuah panti asuhan dalam kegiatan social. Risa memang suka dengan kegiatan social, apalagi Risa sangat suka dengan anak kecil. Chantika pun menunggu Risa di sebuah café. Tak lama menunggu, ternyata Risa datang dengan membawa motor. Risa pun mengajak Chantika.
Sesampainya di panti asuhan, Risa disambut hangat oleh anak-anak. Walaupun Risa tergolong sangat muda, namun ia ternyata donator tetap di panti tersebut. Pantasan anak-anak di panti sangat dekat dengan Risa. Anak-anak di panti asuhan pun membantu Risa menurunkan semua barang-barang lalu membawanya ke panti. Barang-barang itu adalah bahan-bahan makanan untuk anak-anak panti asuhan.
Chantika pun terpana melihat kebaikan Risa kepada anak-anak panti asuhan itu dan keramahtamahannya kepada ibu pengurus panti. Chantika dan Risa pun diajak ibu panti untuk masuk ke ruang tamu. Ibu pengurus panti pun menyuguhkan mereka makanan dan minuman. Risa pun sibuk mengobrol dengan Ibu pengurus panti, sementara Chantika sibuk memperhatikan sekeliling panti asuhan itu.
Kehidupan anak-anak panti yang sangat sederhana, membuat rasa syukur Chantika bertambah karena sudah diasuh oleh ayah bunda yang serba berkecukupan. Walaupun Chantika sudah mengetahui ayah bundanya itu bukan orang tua kandungnya, Chantika tetap bahagia karena sudah dibesarkan dalam keluarga yang sangat baik.
Setelah Risa selesai ngobrol sama ibu pengurus panti asuhan. Risa pun meminta izin untuk jalan-jalan disekeliling panti untuk mengamati sekeliling panti asuhan mengatami kegiatan anak-anak panti asuhan. Risa mengajak Chantika ntuk menikmati lingkungan panti asuhan.
“Oh ya kak, kenapa sih kak Risa suka banget dengan anak kecil? Tanya Cantika penasaran
“jadi gini dek, dulu itu kakak punya adik perempuan. Namun beberapa tahun yang lalu dia hilang dan sampai sekarang belum ditemukan.” Jelas Risa dengan suara menyimpan kesedihan
“Maaf ya kak, Chantika turut sedih.” Ujar Chantika
“iya tidak apa-apa kak.” ujar Chantika
Saat berjalan-jalan bersama Chantika tiba-tiba kesandung batu. Ia tersungkur dan berdarah. Risa langsung panik, sambil menolong Chantika untuk duduk dibangku taman panti asuhan.
“Aduh gimana nih dek, kakak lupa bawa obat-obatan juga.” Ujar Risa panik
“Kakak jangan panik kak, di dalam tas Chantika ada obat kok.” Ujar Chantika sambil memberikan tasnya ke Risa untuk mengambil obat-obatan
Ketika membuka tas dan mengambil obat-obatan Risa tak sengaja melihat sebuah foto masa kecil. Risa pun termanggu melihat foto itu sehingga pikirannya melayang ke beberapa tahun yang silam. Chantika yang melihat Risa terdiam, tiba-tiba ia kagetkan.”
“Kakak kenapa?” tanya chantika yang bingung melihat wajah Risa yang tegang
“Hmmmm, ini foto siapa dek?” tanya Risa balik sambil memperlihatkan foto yang dikeluarkannya dari tas Chantika
“Owh itu kak, itu foto Chantika kecil.” Ujar Chantika santai
“Jadi kamu selalu bawa foto masa kecilmu dek?” tanya Chantika yang masih penasaran
“tidak kak, baru hari ini. Jadi gini kak, Chantika baru tau kalau Chantika bukan anak kandung dari Ayah dan Bunda Chantika. Mereka bilang beberapa tahun yang lalu menemukan chantika di taman kota sendirian. Nah sekarang ini Chantika juga pengen cari orang tua kandung Chantika kak.” Jelas Chantika
“Hmm kamu punya gelang ngga dek?” tanya Risa lagi
“Iya punya kak, di dalam tas Chantika ada kotak berwarna merah dan didalamnya ada gelang kak.” Ujar Chantika
Risa pun bergegas membuka tas chantika dan mengambil kotak kecil itu dan membukanya. Saat melihat gelang itu, Risa pun terngaga, ia merasakan seperti mimpi.
“ Dek, ternyata kamu adikku yang hilang.” Ujar Risa terharu sambil memeluk Chantika
“Jadi,……” ujar Chantika terhenti karena tak menyangka ia akan bertemu kakak kandungnya
“Iya dek, ini kakakmu. Gelang ini adalah pemberian Ibu kita dek. Ibu sengaja memberikan kita gelang ini di waktu kecil. Kakak pun punya gelang ini. Kamu punya tanda lahir kan di tangan kananmu?” Ujar Risa meyakinkan
“Iya kak, benar.”ujar Chantika sambil memperlihatkan tanda lahir itu
Chantika pun bahagia setelah mengetahui bahwa Risa kakak kandungnya. Mereka berdua pun saling berpelukan dan saling melepaskan rindu. Namun ketika sedang terhenyak dalam kebahagian tiba-tiba Chantika merintih,
“Aduh kak.” Rintih Chantika
“Aduh maaf dek, kakak kesenangan soalnya. Biar kakak obati dulu.” Ujar Risa sambil mengobati Chantika dengan sigap
Setelah selesai diobati, Risa pun meminta Chantika untuk mengantarnya ke rumah orang tua angkat Chantika. Chantika merasakan bahagia yang tak terhingga. Kini ia sudah bertemu dengan keluarganya, namun dalam hati Chantika sudah tekad untuk tidak meninggalkan orang tua angkatnya. (Bukit Tinggi - Rila Yulistika)
2 komentar untuk "Cerpen: Ternyata Dia, Kakakku - Oleh: Rila Yulistika"