Belajar dewasa itu sulit!? Atau tidak!?



Lepas dari masa kanak-kanak, kita akan banyak merasakan perubahan hidup yang amat besar. Seiring dengan perkembangan masa, kita juga semakin berkembang pemikiran. Kita banyak berkawan, berkawan dengan siapa saja. Tidak mengenal Ras, Suku, Budaya dan Agama. Kita saling melengkapi, kita mulai tumbuh bersama, tetapi berbeda pendapat, berbeda keyakinan dan berbeda tujuan. Semuanya berlalu begitu cepat tanpa kita sadari akan begitu banyak rintangan dan cobaan yang menanti kita. Puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan pendapat yang berbeda yang siap menemani hari-hari kita. Kita yang mulai merasa bersalah tanpa tahu titik masalahnya, kita mulai merasa bosan padahal belum melakukan apa-apa, kita mulai merasa gagal padahal belum mencoba. Begitulah perkara yang sering terjadi dengan diri kita sebagai seorang remaja labil. Kadang marah, kesal, benci pada keadaan dan kenyataan. Dan kita merasa hampa dan itu akan membuat kita jatuh, jatuh tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri ini. Seketika saja, perasaan aneh  datang dan secepatnya juga dia akan pergi. Dan sejatinya kita belum mengerti apa-apa. Apa yang terjadi? Emosi menguasai kita. Kita menginginkan sesuatu yang kita tidak mampu memilikinya, dan itu sangat menyiksa diri. Dengan melihat orang yang pintar, seketika kita ingin pintar juga, padahal    kemampuan kita hanyalah pas-pasan. Tiba-tiba melihat orang bahagia, kitapun sama menginginkannya, padahal kita  tidak tahu, seberapa lama senyuman itu bertahan. Dan lagi, kita  melihat mereka yang happy-happy saja tanpa masalah, dan kita pun sama menginginkannya, padahal jika di pikir, kita tidak tahu seberapa lama happy-nya akan berakhir dan seberapa masalah dalam hidupnya. 

Dan sebenarnya kita tahu dimana akar permasalahannya, hanya saja kita tidak sanggup dan belum siap berpikir dewasa. kita mulai   tersadar, bahwa tujuan kita bukan menghabiskan waktu untuk perkara yang seperti ini. Harusnya waktu kita terus berjalan tanpa beban, belajar menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan. Berusaha membuang pemikiran kotor yang setiap detik akan merasuki jiwa, menata hidup agar selalu berpikir kedepan tidak merasa terbebani jika melihat mereka yang tertawa, tebahak-bahak dengan sangat bahagianya. Kita harus memaksa diri untuk bertarung melawan arus kehidupan yang kadang membuat kita serbah-salah. Membantu diri untuk bekerja sama dengan hati agar tetap pada pemikirannya, menjalin hubungan dengan jiwa agar tetap menerima jutaan kenyataan hidup. Membawa diri pada kedewasaan, karena ternyata,  selepas masa remaja! Itulah masa yang sesungguhnya untuk menemukan jati diri.  Wawasan kita akan terbuka luas, pikiran kita kemana-mana tanpa henti. Dan di situlah kita yakin, kita harus masuk pada jati diri kita, harus berpikir positif dan menjalankan setiap agenda yang di pagi hari akan berganti pandangan. Pandangan mereka! Bukan kita. Dan sudah seharusnya kita bisa menyeimbangkan pemikiran kita dengan mereka. 

Masa remaja kita sudah harus berpindah pada kedewasaan.

Kita bukan lagi anak-anak. Remaja? Iya! Kita remaja yang akan menjelma menjadi dewasa, namun kita tahu menjadi dewasa itu bukan satu hari satu malam. Kita perlu waktu untuk mengerti dan belajar bagaimana kita harus mengontrol emosi yang menggebu-gebu ini, Membuang sifat kekanak-kanakkan yang menyimpan, belajar menerima pendapat buruk mengenai diri kita, dan berusaha memperbaikinya. Dan mulai memikirkan tentang masa depan dan membuka diri untuk menyambut kedewasaan. 

#belajardewasa

#definisi kedewasaan.

Salam Literasi! 



Lisa
Lisa Menulis bukanlah cita-cita tapi prioritas. Dalam menulis kita dapat menuangkan apa yang tidak bisa kita ucapkan dengan lisan.

Posting Komentar untuk "Belajar dewasa itu sulit!? Atau tidak!?"

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress