SANIA (4) Oleh Dewy Rose.


Pagi hari seperti biasa, selepas salat subuh berbenah rumah lalu masak dan mencuci pakaian. Hari ini libur bekerja, karena hari minggu. Setelah semua selesai kemudian aku melangkah ke kamar, untuk membangunkan Sa dan memandikannya. Ketika membuka pintu kamar, Sa masih tertidur. Saat hendak membuka tirai jendela karena hari sudah berangsur siang, tiba-tiba ...

“Aahh!” teriak Sa sambil duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Sa?” panggilku setelah membuka tirai dan jendela

“Aaahhh!” teriaknya lagi lebih kencang sambil menunjuk ke arah jendela.

“Biar enggak pengap, Sayang,” bujukku sambil mendekatinya. Namun Dia menolakku sambil menggeram kesal.

“Sa? Kamu enggak suka kalau jendela ini Tante buka?” kataku dan Sa hanya mengangguk dari balik selimut.

Tanpa menunggu waktu, karena kasihan melihat keadaannya, kemudian jendela dan tirainya segera aku tutup.

“Sekarang kita mandi yuk, Sa!” Ajakku kemudian sambil menggandengnya menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan merapikan Sa, kemudian menyuapinya lalu aku memberikan bingkisan beberapa plastik dari Mas Dion.

“Sa, ini ada baju untuk kamu dan makanan ringan juga, dari Om Dion temen Tante. Semalam Om Dion ke sini, ingin kenal dengan Sa, tapi kamu sudah bobo,” kataku mengusap rambutnya, sambil memberikan plastik itu padanya.
Sa hanya menantapku hampa, kemudian membuka plastik-plastik itu.

Ah! Mungkin Sa masih bingung, karena belum mengenal Mas Dion, batinku.

Sambil menikmati coklat, kemudian aku mengajak bercanda Sa dan bernyanyi lagu anak-anak. Sa nampak senang terlihat dari raut wajahnya dan tersungging sebuah senyuman di lengkung bibir mungilnya. Kami sangat menikmati suasana ini. Sampai kudengar ada suara ketukan pintu dan orang mengucapkan salam dari luar.

“Tok! Tok! Tok!”

“Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikumussalaam!” jawabku sambil setengah berlari menuju ke pintu.

Seraut wajah yang sudah kukenal sekarang berdiri di depanku, sambil tersenyum dan menatap dengan penuh kasih.

“Mas Dion, mari masuk,” kataku sambil menggelar tikar dan menuju ke dapur untuk membuatkan minuman. Setelah berbincang sesaat, kemudian kami menemui Sa di kamar. Masih terlihat makanan yang berserakan di lantai bekas aku dan Sa tadi bermain dan bernyanyi bersama. Namun Sa sudah kembali berada di atas tempat tidur, sambil menutupi wajahnya dengan bantal.

“Sa?” panggilku, sesaat kemudian bantalnya bergerak sambil sedikit menyembulkan kepalanya.

“Ini Om Dion, Sayang! Tadi Tante sudah bilang sama kamu. Om Dion yang membelikan coklat dan makanan ringan ini, Sa!”

Lalu kami mendekatinya, sambil mengusap rambut Sa, Mas Dion berusaha mengambil bantal dari tangannya.

“Sa, Om foto dulu ya? Biar cepat bertemu dengan orang tua kamu,” bujuk Mas Dion sambil memberikan isyarat, lalu aku duduk di sampingnya, agar mau di foto bersama.

Setelah beberapa kali di foto, kemudian Mas Dion mengajak kami untuk ke rumah Pak RT. Namun Sa langsung menggeram, seketika pintu kamar pun terbuka dan tertutup sendiri berkali-kali padahal tidak ada angin.
Seperti biasanya bulu kudukku merinding, sambil terus membaca doa dalam hati, segera aku dekati Sa sambil memeluk tubuh mungilnya yang dingin.
Sesaat kemudian pintu terbuka sendiri dan berhenti bergerak. Mas Dion menatapku sambil mengajak keluar. Setelah melihat Sa nampak tenang kembali, kami pun keluar kamar meninggalkan Sa yang menatap kami dengan tatapan hampa.
Mas Dion langsung pamit untuk segera ke rumah Pak RT Maman. Sementara aku kembali ke kamar dan bermain serta bercanda dan beryanyi kembali dengan Sa.

***

Ketika sampai di rumah Pak RT, Dion memberitahukan perihal Sa yang ditemukan olehku di pinggir sungai dekat tumpukan sampah.

“Ini foto anak itu, Pak RT. Saat Widya menemukan berpakaian warna biru muda, usianya sekitar empat tahun dan ketika ditanyakan namanya, anak itu hanya mengatakan Sa. Mungkin masih trauma karena terpisah dari orang tuanya, makanya Dia tidak banyak bicara,” cerita Dion sambil menunjukan foto dalam hp nya.

Namun Pak RT segera mengernyitkan dahinya, sambil berkata dengan nada menyelidiki.

“Foto apaan, Dion? Kamu salah foto atau salah memperlihatkan foto pada Saya?”

“Ini, Pak RT!” jawab Dion tegas sambil memperlihatkan foto lainnya.

“Ini Cuma gambar kosong, hitam semua. Mana foto anak itu?” Pak RT pun bertanya lagi dengan nada tinggi.

Karena merasa ada yang janggal, kemudian Dion segera melihat foto dalam hp nya. Dan ternyata memang hanya gambar kosong berwarna hitam. Dion pun segera mencari di antara file foto yang ada dalam hp nya, tapi tidak ditemukan foto Widya bersama Sa!

Sambil menerangkan bahwa tadi memang foto itu ada dalam hp, Dion kemudian mengajak Pak RT untuk berkunjung ke rumah Widya. Karena ada keperluan, maka Pak RT tidak bisa berkunjung saat itu, namun berjanji akan secepatnya ke rumah Widya, untuk membantu menemukan orang tua Sa.

***

Dion segera kembali ke rumah Widya, nampak sepi rumahnya dari luar tapi ketika hendak mengetuk pintu, Dia mendengar suara Widya seolah berbicara dan bercanda serta bernyanyi, tapi dengan siapa? Tak ada lagi suara yang lainnya ...
Ketika pintu hendak diketuk, tiba-tiba pintu terbuka sendiri! Seperti ada angin yang mendorongnya kemudian mengembuskan bau amis darah kembali di dalam ruang tamu rumah Widya. Sambil terkesima, kemudian Dion mengucap salam

“Assalaamu’alaikum!”

Brak!

Dan pintu pun tertutup sendiri ...

DR.
Bekasi, 06 April 2018
19:19

Posting Komentar untuk "SANIA (4) Oleh Dewy Rose."

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress