Penulis: Widhi Ibrahim
Bisa mengabadikan berbagai kisah dalam sebuah tulisan dan dibaca banyak orang adalah sesuatu yang membanggakan. Sama halnya dengan yang dirasakan perempuan yang memiliki nama lengkap Dwi Kurnialis, ibu muda asal Lampung yang sangat menyukai dunia literasi. Perempuan berusia 30 tahun ini mulai menulis sejak duduk di bangku SMP. Berawal dari tulisan yang menurutnya masih belum layak, karena hanya sebatas percakapan biasa yang sering kita temui dalam pelajaran Bahasa Indonesia saja. Namun, semangatnya semakin membara ketika tulisannya itu disukai oleh teman-temannya.
“Padahal itu cuma kaya percakapan-percakapan aja gitu loh, tapi temen-temen kok pada suka,” tutur perempuan berhijab ini.
Sempat berhenti selama hampir 15 tahun, ibu dua orang anak ini memutuskan untuk kembali menulis di awal tahun 2020. Hasrat menulisnya muncul kembali ketika ia mendapat begitu banyak info lomba kepenulisan, yang diadakan oleh berbagai penerbit di beberapa platfrom.
“Di sosmed itu kan banyak banget lomba-lomba ya. Aku jadi terpancing. Kenapa gak coba ikutan aja gitu. Perkara menang atau kalah itu urusan nanti.”
Lewat novel ‘Wanita Surga’ yang menceritakan tentang rasa cinta pada seseorang yang tidak boleh melebihi rasa cinta pada sang pencipta, menjadi karya perdananya setelah hiatus dalam kurun waktu yang panjang. Ibu muda penggemar novel-vovel romance religi ini memberanikan diri untuk mengikutsertakan karyanya di lomba kepenulisan yang diselenggarakan oleh platfrom Noveltoon. Meski gelar juara belum berpihak pada karya yang ditulisnya. Namun, pengagum karya Habiburrahman El Shirazy ini sama sekali tidak menyangka, jika novel pertama yang ia tulis dan tayang di Noveltoon itu berhasil mendapat lebih dari 1 juta pembaca.
“Kalau ingat naskah aku awal masuk Noveltoon, aku sama sekali enggak nyangka akan seperti ini. Padahal menurutku, naskah itu masih berantakan banget. Tapi Alhamdulillah dapat 1,9jt pembaca. Sama sekali enggak nyangka bakal ada banyak orang yang baca kisah yang aku tulis. Senengnya enggak bisa diungkapin lagi,” tuturnya.
Mendapat banyak komentar positif, perempuan penyuka warna biru ini semakin percaya diri untuk mengikutkan kembali novel ‘Wanita Surga’ ke event yang diselenggarakan platfrom Kwikku. Meski tidak menjadi juara, tapi Novel ‘Wanita Surga’ berhasil masuk trending dalam waktu yang cukup lama saat perlombaan berlangsung.
“Seneng sih, cuma aku ngerasa gak pantes. Aku merasa Naskah aku ini masih mentah, masih banyak banget kurangnya.”
Dari hasil wawancara yang saya lakukan pada penulis romance religi ini mengatakan, ketertarikannya pada dunia leterasi semakin bertambah ketika semakin banyak event-event berseliweran di sosial media. Meski beberapa kali gagal, ia masih tetap ingin mencoba keberuntungan untuk novel ‘Wanita Surga’ lewat perlombaan lain.
“Kalau sekarang itu enak, untuk memperkenalkan tulisan kita itu bisa dibilang mudah. Kalau jaman dulu kan teknologi juga belum secanggih sekarang. Apalagi saya tinggal di desa. Jadi, aku enggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.”
Ingin bermanfaat untuk orang lain. Pendengar musik pop melayu ini ingin memiliki sesuatu yang bisa dikenang, yaitu dengan tulisan. Karena dengan karya tulis, meski suatu saat dirinya sudah tiada, tapi karyanya masih bisa dikenang dan dinikmati banyak orang. Penulis novel trilogi ini ingin sekali Novel ‘Wanita Surga’ bisa lebih dikenal lagi oleh banyak orang. Dan itu terbukti dengan berhasilnya novel ‘Wanita Surga’ lolos tahap pertama, dan sedang berjuang meraih gelar pemenang dalam sebuah perlombaan yang diselenggarakan penerbit Grass Media di tahun 2021.
Mendapat dukungan penuh dari sang suami, ia semakin ingin meluaskan kemampuan menulisnya. Yaitu menjadi penulis skenario. Berawal dari seringnya menonton FTV, ia tertarik untuk menjadi penulis FTV juga. Mencaritahu cara agar bisa menjadi penulis ide cerita bahkan skenario lewat internet, ibu muda yang gemar makanan seafood ini menemukan artikel yang ditulis oleh Raya Mipi (Salah satu anggota JPI yang ide cerita FTV-nya sudah banyak tayang di TV) dan terhubung ke website JPI. Setelah mengenal lebih jauh tentang grup JPI, ia semakin tertarik dan merasa JPI adalah wadah yang tepat untuk memperluas pengetahuan serta kemampuan menulisnya. Sehingga ia memutuskan untuk bergabung menjadi salah satu dari bagian JPI. Dan ia berharap bisa mengikuti jejak para anggota JPI yang awalnya bukan siapa-siapa, menjadi seseorang yang memiliki nama, seperti Raya Mipi contohnya.
“Semoga aku bisa seperti anggota JPI yang lain. Karena akan sangat membanggakan jika karya yang aku tulis bisa tayang di tv dan ditonton banyak orang.”
Meski terkadang sulit saat menuangkan ide yang sebenarnya sudah ada di dalam pikiran, tapi ia selalu berusaha untuk terus menulis. Selain untuk merangkai imajinasinya menjadi sebuah kisah yang bisa diabadikan, dengan menulis ia bisa menemukan banyak teman. Bahkan ia mendapat banyak sekali ilmu dari orang-orang yang ia temui di dunia literasi. Sehingga ia jadikan itu sebagai acuan, untuk membuat karya yang lebih baik lagi. Dan tentunya bisa disukai banyak orang.
“Menulislah dengan Hati. Insyallah karyamu akan selalu dikenang dalam hati setiap pembacanya,” tutupnya.(WI)
PROFIL
Nama Lengkap : DWI KURNIALIS
Tempat Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 12 Agustus 1990
Riwayat Pendidikan
-TK Aisyiah Bustanul Athfal (1995-1996)
-SD Negeri 1 Giriklopomulyo (1996-2002)
-MTS Ma’arif NU 5 Sekampung (2002-2005)
-SMA Negeri 1 Batanghari Lampung (2005-2008)
SOSMED
Instagram - @dwi.kurnialis.dk
Facebook - Dwi Iput Hariadi
Wattpad & Kwikku - Dwi Kurnialis
NOVEL
-Wanita Surga – (Wattpad, Noveltoon)
-Pillar – (Kwikku)
-Bidadari Kedua – (Proses terbit)
CERPEN
-Mengejar Cinta Santriwati – (Redaksi Ujung Pena)
-Korban Pemberi Harapan palsu – (Redaksi Ujung Pena)
Posting Komentar untuk "Dwi Kurnialis: Menulis Adalah Cara Untuk Berbagi Rasa"