Oleh : Naotalia Apapyo
Tiga tahun sudah aku menjadi seorang single parent, setelah 3 tahun yang lalu kuputuskan untuk meminta cerai suamiku
Sepuluh tahun yang lalu kuputuskan untuk menerima pinangan nya,tanpa rasa cinta,......yang kupandang hanyalah sosoknya yang gagah karena seragamnya dan masa depan nya yang ku pikir tidak mungkin menyengsarakan ku dan keturunanku nanti nya. Setelah kami menikah, kami di karuniai satu orang putri yang sangat cantik
Tapi keadaan berkata lain setelah kami menikah dan si buah hati lahir, sikap nya yang arogan dan sifat nya yang cenderung sangat diktator dan egois mulai terlihat. sangat tersiksa batin ini.....setelah beberapa tahun hidup dengan nya dengan penuh tekanan ku beranikan diri dan kuyakinkan hati ini untuk meminta cerai.
Pengajuan cerai yang ku ajukan tidak semudah menikah, suami ku dengan sifat dan sikap nya yang arogan dan dengan kekuasaan nya ,mencari kesalahan ku dan mengancam semua teman yang ada di dekatku termasuk orang tua ku. dia lakukan untuk tetap bertahan dalam pernikahan ini dan mempertahankan status nya yang sedang diatas daun ( kaya ulet ).
Setelah beberapa bulan sampai hitungan tahun aku memperjuangkan perceraian ini akhirnya palu itu diketuk oleh hakim dan kami dinyatakan bercerai.tidak sedikitpun tuntutan yang kuajukan (harta gono gini),aku hanya meminta perpisahan secara baik-baik karena sudah benar-benar tidak sanggup hidup dengan nya dan diperlakukan semena-mena.
Beberapa bulan kemudian aku jatuh cinta pada seorang pria bujang, yang sederhana dan baik, sepertinya dia juga memiliki perasaan yang sama seperti saya.......YAA kesederhanaan nya membuat aku jatuh cinta padanya, semua kekurangan dan kelebihan nya ku terima dengan ikhlas.
Setelah beberapa bulan kami dekat dan bahkan menjalin hubungan, dia sangat baik dan perhatian terhadap putri kecilku. tapi keadaan berkata lain juga, status nya yang bujang dan statusku yang single parent mengharuskan kami mengakhiri hubungan ini.
Harapan besar yang kugantungkan pada nya sia-sia, tatapan yang kulihat di mata nya hanya rasa kasihan padaku yang harus berjuang sendiri, tidak kulihat lagi ada cinta di mata nya, ketakutan nya akan apa pandangan masyarakat dan orang tua nya karena memiliki pasangan seorang single parent sangat besar.
Dia meninggalkan ku tanpa kabar, dan tanpa pesan apapun........!
Seandainya aku bukan seorang single parent apakah dia mau mebuka hati nya untukku. dan seandainya pria yang ku nikahi sepuluh tahun yang lalu tidak memiliki sifat yang arogan mungkin aku tidak menjadi seorang single parent, dan jika keputusan yang kuambil untuk menikah sepuluh tahun yang lalu tidak tergesa-gesa.
Cibinong - Bogor
Januari 2019
Posting Komentar untuk "Seandainya ....!"