Nela A. Angraini, Si Penjahit Sepatu yang Menulis Tak Kenal Waktu


Oleh: Niya Kaniya 
"Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu; Jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendirian."

Quote inspiratif dari penulis terkenal Andrea Hirata menjadi motivasi tersendiri bagi seorang gadis kelahiran Mojokerto, 31 Agustus 1999. Impiannya menjadi seorang penulis terkenal mengharuskannya lebih banyak mencari referensi agar tulisannya semakin lebih baik lagi. Tak jarang, curhatan teman-temannya iya jadikan sebagai salah satu inspirasinya dalam berkarya. Nela sendiri mengaku jika dirinya senang dengan dunia tulis-menulis karena bisa mengekspresikan berbagai hal yang menurutnya menarik.

"Senang aja rasanya. Kayak ada kepuasan tersendiri. Saya termasuk introvert (tertutup), jika ada masalah atau apapun itu lebih suka saya simpan sendiri. Bagi saya, mengisahkan lewat sastra cukup membuat saya tidak terbebani. Saya senang melakukannya. Menulis itu bagi saya adalah berbagi kisah dengan sahabat, dan sahabat itu ya pena," pungkasnya panjang lebar dan jelas.

Nela bercerita, bahwa tak jarang hobi menulisnya itu berujung pada sikapnya yang membuat orang-orang di sekitarnya khawatir. Tulisan yang melarutkan emosi membuat Nela sering melamun kemudian tersenyum sendirian. Ia juga kadang menitikkan air mata akibat alur cerita yang ditulisnya.

"Pas nulis, kadang suka tiba-tiba senyum sendiri, kadang juga nangis. Tergantung alur yang ditulis. Jadi kalau ketauan ibu, pasti ibu nanya 'gak apa-apa, Nak?' disangkanya saya gila, hehe.," ungkapnya kepada tim JPI.
Nela bersama guru dan teman kelas 3 SMK usai ujian praktik Mikrotik. 
Bekerja untuk Bekal Kuliah
Gadis penyuka warna merah muda ini mengungkapkan tentang sosoknya yang pekerja keras. Kegigihannya mencari uang ia lakukan untuk menyambung hidupnya. Meski bukan tulang pungung keluarga, namun bungsu dari 5 bersaudara ini tetap menyisihkan uangnya untuk belanja sehari-hari ibunya yang hanya sebagai ibu rumah tangga. Nela mengungkapkan bahwa penghasilannya selama sebulan ia tabung untuk kuliah tahun depan. Lulusan SMK Roudlotun Nasyiinitu Mojokerto itu juga menyadari, bahwa pekerjaan ayahnya sebagai penyelam pencari pasir di sungai Brantas, Jawa Timur tidak memungkinkan untuk membiayainya masuk ke perguruan tinggi. Apalagi, kondisi fisik ayahnya saat ini juga sudah tidak sekuat dulu.

"Bapak juga sudah tua. Sering sakit telinganya kalo buat nyelam di sungai. Sungainya itu sungai brantas."

Guna menambah penghasilan, Nela memanfaatkan waktu sibuknya untuk berjualan sepatu online yang fotonya diperoleh dari suplier sepatu yang ia promosikan di akunnya. Meski belum menghasilkan banyak omset, tapi Nela bersukur bahwa penghasilannya bisa bertambah Rp300.000 setiap bulan dengan berjualan online tersebut.

"Kalo saya, sekarang kan saya jadiin sampingan aja. Jadi saya hanya upload kalo malam hari aja. Alhamdulillah nya, tiap hari pasti ada yg beli. Jadi kalo pulang kerja dari pabrik, langsung ke bank ambil Transferan a.n. customer (pelanggan), dan transfer balik ke suplier saya. Untungnya saya selalu ambil 10.000 tiap produk. Saya O-L shop nya saya model dropship buka olshop nya ada 10 Akun. Jadi gini, bayangkan kalo kita punya 1 O-L shop (misal namanya Zahra_shop). Nah dari 1 toko, 1 bulan omset minim 150.000. Jadi kenapa hanya 1 olshop aja? Makanya saya buka O-L shop nya ada 10 nama."


Sebagai buruh penjahit sepatu, tentu ada suka dan duka yang menghampirinya setiap hari. Salah satu cerita yang menyentuh adalah ketika keinginan Nela tidak seirama dengan keinginan hati sang ibunda.

"Saya kan lulusan tahun 2017. Nah, habis lulus itu saya merantau di kota Sidoarjo, Jawa Timur. Di CV. Sweet Seventeen, pabrik sepatu bagian menjahit. Di sana kerja cuma sampai 8 bulan. Soalnya Ibu gak izinin kerja jauh. Terus ke kota Mojokerto, Jawa Timur, kerja di PT. Intidragon, pabrik sepatu bagian menjahit juga. Ini masih jalan 3 bulan," ceritanya.

Pekerjaannya sebagai penjahit sepatu di pabrik membuat Nela harus disiplin membagi waktu antara bekerja dan berisitirahat. Nela mengisahkan bahwa selama kurang lebih 10 jam bekerja, Nela tidak diperbolehkan membawa telepon genggamnya. Aturan perusahaan membuatnya tak bisa bekerja sambil menulis atau bahkan sekedar mengecek isi pesan yang ada di whatsaap ataupun layanan pesan singkat di ponselnya, apalagi media sosial yang ia punya. Jika jam istirahat tiba, maka ia akan gunakan untuk sholat dan makan.

Meski tak bisa membawa ponsel saat bekerja, tapi Nela selalu meluangkan waktunya untuk menulis cerita. Nela mengakui, ia bisa menulis kapan saja di luar jam bekerja, selama idenya terus mengalir tak berhenti.

"Kapan aja tidak terjadwal. Selama saya ada cerita yang ingin saya ungkapkan lewat tulisan. Bisa pagi, siang, sore, malam."

Tekanan dan bekerja di bawah target adalah makanannya sehari-hari. Namun, demi meraih pundi-pundi rupiah untuk bekal kuliah, Nela rela bekerja sepenuh tenaga untuk menunjukkan kualitasnya.

Menjahit dan Menulis adalah Seni
Bagi Nela, menjahit itu butuh bakat dan keterampilan. Ketelitian tentu menjadi kunci utama bagi seorang penjahit sepatu untuk menghasilkan sepatu yang berkualitas tinggi. Tak hanya itu, seorang penjahit sepatu juga harus paham tentang perkembangan mode yang tengah digandrungi pasar.

Jika jam produksi mulai, maka tangan dan kaki Nela akan terus bekerja berirama tanpa henti sampai waktu istirahat berbunyi.

"Tangan dan Kaki main terus. Kecepatan kerja tergantung kaki kita saat menekan pancalan (pedal) mesin jahit."

Nela bekerja di sebuah pabrik sepatu lokal, dengan menjahit sepatu jenis olahraga dan anak sekolah. Selama menjahit sepatu, Nela terlatih untuk bekerja cepat untuk mengejar target. Jika tidak selesai tepat waktu, maka Nela terancam mendapat teguran dan surat peringatan.

"Seorang buruh itu di tuntut menghasilkan produk yang sempurna. Tidak boleh cacat. Kita di tuntut kerja cepat dengan kualitas bagus. Kita kerja untuk sebuah perusahaan besar. Telat sedikit pasti langsung kena SP atau surat peringatan. Jadi, benar-benar menguji mental dan fisik. Makanya jangan heran, kalo di pabrik banyak karyawan yg keluar masuk alias ada yang gak betah. He," ungkapnya menerangkan pekerjaannya yang penuh dengan batas waktu.

Tiga hal yang selalu diingat Nela sebagai buruh pabrik adalah kerja keras. "Keras omongannya, keras proses kerjanya, keras aturannya," tutupnya mengakhiri perbincangan.
Nela besama karyawan PT. Intidragon. 
Awal Menulis Buah Pertemanan di Dunia Maya
Sejak Sekolah Dasar (SD) Nela Agustin sudah mulai tertarik dengan dunia tulis-menulis. Setiap momen selalu dia abadikan di buku diary miliknya. Baginya, tiada hari tanpa menulis. Tulisan khas anak SD membuatnya bangga sekaligus merasa lucu kala mengingat kejadian dulu. Perempuan yang mulai belajar mengenakan hijab ini juga mulai mempelajari menulis satu karangan, yakni puisi yang berjudul Impianku, yang beisikan tentang mimpinya menjadi seorang artis.

Setelah beranjak SMP, gadis penyuka makanan pedas ini mulai percaya diri dengan hobi menulisnya. Berbagai lomba pun ia ikuti guna mengasah kemampuannya dalam menulis.

"Dulu sering ikut lomba cepen nasional yang info lombanya saya ketahui dari guru Bahasa Indonesia. Pas SMP ikut satu kali, tapi gagal cuma gara-gara telat kirim, padahal naskah sudah selesai," ungkapnya sedikit menyesal kala mengingat peristiwa lalu.

Pun begitu, bukannya menyerah justru dari kegagalan itulah yang membuat tekadnya semakin kuat untuk mencoba lagi. Mimpinya menjadi seorang penulis terkenal selalu ia genggam dan menjadi motivasi untuk dirinya sendiri. Tak habis akal, gadis penyuka film horor ini mulai mengepakkan sayap menulisnya dengan mencoba mengirim naskah cerpen ke berbagai media cetak ternama berskala nasional, seperti majalah femina, majalah kartini dan juga koran jawapos. Tapi lagi dan lagi ketidak telitiannya membuat Nela harus menelan pahit jerih payahnya. Nela asal mengirim saja tanpa membaca dan merevisi ulang naskah yang telah ia kirim. Gagal tak membuatnya patah semangat. Ia selalu mengingat mimpinya, sehingga ia kembali menulis dan menulis.

"SMK saya masih nulis, bahkan tetap aktif nulis di buku diary. Habis itu kan baca novel di perpustakaan, saya lihat ada akun FB (facebook)nya penerbit. Saya cari deh. Waktu itu namanya Diva Press Publisher. Dari situ saya kenal banyak penerbit indie dan penerbit mayor," ungkapnya.

Pertemanan di jagat media akhirnya membawa Nela bergabung dengan grup Whatsapp Jaringan Penulis Indonesia (JPI), sebuah wadah di mana para penulis baik pemula maupun yang sudah melahirkan karya berkumpul untuk belajar bersama dan berbagi bersama.

"Pertama, taunya dari kak Dede Hartini. Dia posting keberhasilannya nulis Sinopsis FTV di linamasa FB, dan dia nawarin buat masuk/gabung grup JPI," pungkasnya. Dari sanalah ia mulai belajar menyesuaikan diri dan ikut belajar bersama sahabat JPI lainnya.

"Awalnya saya belum paham betul, apa itu JPI. Saya baru gabung 1 tahun yang lalu, lupa tanggalnya, hehe... Setelah masuk, kaget juga. Alhamdulillah, ternyata JPI itu luar biasa. Anggotanya orang-orang hebat semua. Inspiratif semua, dan selalu memotivasi. Dari JPI juga, saya tau kalau orang biasa pun juga bisa jadi penulis FTV, dll. Makanya, rugi sekali bagi saya kalau harus left dari grup JPI atau sama sekali tidak berkontribusi terhadap JPI, " ungkapnya menyemangati.

Inspirasi Menulis Lewat Komunitas Menulis
Inspirasi menulis kebanyakan kembali ke masa lalu, dimana ide cerita suka muncul setelah mengingat bagaimana proses kehidupan di waktu kecil. Nela sendiri mengakui bahwa dirinya sangat menyukai cerita nonfiksi sehingga dia juga mengembangkan bakatnya menulis nonfiksi. Beruntungnya, baik keluarga maupun orang-orang terdekatnya selalu mendukung penuh hobinya itu.

Perempuan dari 5 bersaudara ini juga mempunyai idola yang menjadi panutannya dalam menulis. Andrea Hirata dan juga Habiburrahman El Shirazy. Dua penulis terkenal Indonesia yang karyanya sudah tidak diragukan lagi.

"Novel mereka inspiratif sekali. Saya suka dengan karya tulis mereka. Ada begitu banyak pembelajaran yang saya dapat setelah membaca novel karya mereka. Pokonya karya tulis mereka menginspirasi saya dalam hidup, soal semangat, kerja keras, cinta, agama, dll.," ujarnya.

Meski keterbatasan teknologi karena tidak mempunyai laptop, tapi Nela sendiri bersyukur karena ia masih mempunyai alat canggih lainnya seperti ponsel. Gadis yang juga bercita-cita menjadi pebisnis online yang sukses ini mencoba mensyukuri apa yang ada dan menjalaninya dengan sangat santai.

"Saya kan nulis di aplikasi WPS Office di hape. Jadi kalau mau edit atau revisi harus ke warnet dulu, soalnya kan gak punya laptop, hehe." ungkap gadis yang genap berusia 19 tahun tersebut.

Waktu yang sangat terbatas karena jam kerja yang sangat padat juga tak menyurutkan semangat Nela untuk meraih mimpinya. Nela juga menitipkan harapan untuk sahabat-sahabat JPI dimana dia tergabung di grup yang sama.

"Semoga lebih kompak. Semoga semuanya sukses, tanpa terkecuali. Saling memotivasi terus," ujarnya.

Nela juga mengakhiri perbincangan dengan sedikit memberikan kesan dan pesannya menjadi bagian dari sahabat JPI.

"Kalian adalah generasi bangsa yang luar biasa. Orang-orang inspiratif, pantang menyerah, saling memotivasi. Jadi teruskan dan tingkatkan prestasi kalian," tambahnya.

Dari kisah Nela Agustina Anggraini dengan mimpinya menjadi seorang penulis Novel best seller semoga bisa memotivasi kita juga supaya terus meraih mimpi dan menjadikan mimpi ada dalam genggaman kita.

"Tidak semua impian terwujud nyata, namun kau mampu meraihnya lewat sebuah karya"~ quote literasi Nela Agustina Anggraini. (NIA)
Nela meraih juara 2 lomba Industrial Games se-Kabupaten Mojokerto saat kelas 3 SMK
Profil Nela Aurora
Nama lengkap: Nela Agustina Anggraini
Nama Pena: Nela Aurora
TTL: Mojokerto, 31 Agustus 1999

Riwayat Pendidikan:
- SDN Kedungsari 1, Desa Kedungsari, Kec. Kemlagi, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
- SMPN 1 GEDEG, Kec. Gedeg, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
- SMK Roudlotun Nasyiin, Kab. Mojokerto, Jawa Timur

Riwayat Karir:
- CV. Sweet seventen (2017) sebagai penjahit sepatu
- PT. Intidragon (2018 - sekarang) sebagai penjahit sepatu

Karya:
- 48 antologi puisi bersama
- 9 cerpen antologi bersama
- Cerpen yang terbit di website www.cerpenmu.com
- Puisi yang terbit di website www.darahmimpi.com

Prestasi:
- Juara 2 Industrial Games 1 (2016)
- Juara 2 menulis surat event religi bersama penerbit Lasaripi (2017)
- Juara 1 event menulis cerita mini bersama penerbit Penulis Muda Publisher (2017)

Media Sosial:
FB: Nela Aurora
twitter: @arche_nela
email: @nelaarche31@yahoo.com

Posting Komentar untuk "Nela A. Angraini, Si Penjahit Sepatu yang Menulis Tak Kenal Waktu"

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress