Kekaguman itu...

"Malam minggu besok aku boleh nonton konser, ya Mah?"

"Lho, bukankah baru semalam kamu nonton konser?"

"Nah lho, sudah dua minggu yang lalu kali,"

"Maksudnya begitu, kali ini konser apa lagi?"

"Yang ini gak kalah keren, ini artisnya lebih muda dan gaul abis. Please, boleh ya Mah, aku gak minta dibelikan tiket kok"

"Mamah percaya, kamu pasti menabung untuk hal yang kamu inginkan. Tapi Mamah boleh tahu, dengan siapa kamu akan pergi?"

"Biasa, Mah. Geng imut dan bakti sesama, GIBAS!"

"Ah, siapa punya usul nama geng itu?"

"Ya akulah, kan aku ketuanya"

"Terus, usul nonton dari kamu juga?"

"Gak juga sih, Mah. Kadang dari temen-temen juga"

"Apa sih kehebatan artis yang akan kamu tonton nanti? Boleh dong mamah kepo sedikit"

"Jiaah, mamah gak ngikutin trend nih. Promosi segitu viralnya, kok masih nanya, sih?"

"Owh, artis itu. Iya mamah tahu. Tapi bagaimana bisa kamu kagum pada banyak orang hingga kamu mau mengeluarkan uang cukup banyak hanya untuk menyaksikan dia lebih dekat?"

"Ah Mamah ngetes aku yaa. Aku janji akan tetap belajar dan mempertahankan nilai pelajaran, kok. Aku tahu arah pembicaraan Mamah, Mamah akan tetap mengijinkan asal aku berjanji sesuatu, kan?"

"Kamu itu, pintarnya gak pernah berkurang. Maksud Mamah, kagum yang berlebihan itu tandanya kamu kalah pengetahuan. Oh ya, kamu sedang apa sayang?"

"Aku lagi searching bahan diskusi biologi,Mah. Emh, kagum berlebihan, kayanya enggak deh. Tapi kalo aku melewatkan kesempatan ini nanti gengku bisa bisa berantakan, soalnya aku jadi orang yang dikagumi oleh mereka, bagaimana dong?"

"Dasar anak mamah yang paling cantik, kagum kamu pada sang artis jika itu membuatmu bahagia, berarti kamu kalah dengan kekaguman itu. Rasa kekaguman itu menjadi kekurangan kamu jadinya,"

"Tapi pasti dong, kekaguman akan bisa buat kita bahagia, iya kan, Mah? Aku kagum sama Mamah dan itu membuatku bahagia"

"Iya, kamu benar. Maksud Mamah tu kalo kebahagian yang kamu dapat tidak bisa merubah keadaan kamu menjadi lebih baik, buat apa kekaguman itu? Jadi kagum itu merupakan kritik untuk diri kita. Ada bagusnya kamu dikagumi oleh teman-teman terdekat tapi bagaimana dengan teman-teman lainnya, guru-guru, bahkan dunia? Bukan geng kamu saja, dan bukan soal persaingan pergaulan saja. Mereka akan kalah lebih jauh jika kamu bisa di kagumi oleh mereka juga"

"Jadi maksud Mamah aku gak cuma boleh nonton tapi harus tetap berprestasi di sekolah, gitu kan, Mah? Kan aku udah janjikan itu"

"Mamah percaya kamu bisa menjaga janji itu, Nak"

"Mamah sedang apa disana?"

"Dengan ayahmu, nih. Dari tadi dia senyam-senyum saja mendengarkan obrolan kita"

"Kapan Mamah dan Papa, pulang. Kak Dimas dan Kak Putri sibuk juga, untung Bibi gak pernah lengah dengan tugasnya. Ah, aku jadi baper gini"

"Lusa kami pulang, kok. Ok, kamu boleh nonton konser..."

"Asal gak mampir-mampir pulangnya, jangan blokir panggilan telpon, tetap bersama teman dan jangan cepat akrab dengan orang yang baru di kenal! Basi, Mah"

"Kamu, yah. Dan ingat tanpa rasa kagum kita gak akan bisa berkembang. Sudah selesai belum searchingnya?"

"Kayanya dah cukup sih. Ok, Mah. Terimakasih, love You and Dad."

"(Aku kagum padamu, Nak)"

Bekasi, 5 Desember 2018

Gambar dari unsplash.com






Posting Komentar untuk "Kekaguman itu..."

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress