Adah, Pembantu Rumah Tangga yang Rela Jalan Kaki 1 Jam Demi Jadi Sarjana


Banyak Teman dari Menulis
Mengikuti banyak komunitas membuatnya menjadi lebih supel dan mudah bergaul. Mojang Bandung yang mengaku pemalu ini secara perlahan mulai membuka diri kepada teman-teman baru yang dikenalnya melalui organisasi yang diikutinya.

"Jujur saya orang yang tidak gampang bergaul. Sejak SMP, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan bekerja. Selebihnya, seperti jalan bersama teman, nongkrong, nonton, dll. tidak pernah saya ikuti," ungkapnya seraya menggambarkan siapa dirinya.

Adah menyatakan bahwa dirinya pernah bergabung dengan beberapa komunitas, antara lain Komunitas Pecinta Sastra (KPS), Ikatan Curhat Muslimah (ICM), Asosiasi Literasi Indo (ASOLI), dan KPKers Bandung Raya (KPKers). Guna memperluas pengetahuannya di dunia kepenulisan, sejak 2018 Adah ikut bergabung bersama komunitas menulis Jaringan Penulis Indonesia (JPI). Informasi seputar JPI ia dapatkan lewat temannya bernama Dede Hartini, yang merupakan salah satu sahabat JPI.

"Komunitas baru saya kenal sejak saya mulai kuliah, kalau gak salah komunitas pertama yang saya ikuti itu Komunitas Pengusaha muda yang berdomisili di kota Bandung. Dari sana saya menyadari akan pentingnya bersosialisasi. Manfaat untuk pribadi? Saya mempunyai banyak teman dari berbagai kota, pemikiran menjadi luas dan masih banyak hal yang saya dapat."

Kegemaran Adah menulis dimulai sejak menjuarai lomba mengarang puisi di SMP. Dalam kompetisi pertama tersebut, Adah berhasil menyabet juara 2. Sejak saat itulah, penyuka pelajaran Bahasa Indonesia ini mulai menuangkan buah pikirnya ke dalam tulisan-tulisan di bukunya. Tak mau menyiakan waktu, di sela-sela aktivitasnya sebagai pembantu rumah tangga, Adah selalu membawa buku tulisnya kemanapun ia pergi.

"Sejak menulis saya mendapat banyak sekali pengalaman indah. Mulai dari Penghargaan sampai dengan teman-teman baru sesama penulis dari berbagai kota."

Adah percaya bahwa menulis adalah salah satu cara untuk bisa mencari teman sebanyak mungkin. Meski waktunya banyak dihabiskan untuk bekerja guna membayar kuliah, Adah tetap meluangkan waktu untuk menulis dan membaca. Dalam sebulan, seorang vegetarian ini mengaku telah membaca puluhan buku untuk memperkaya wawasan dan melatih kecakapannya dalam menulis.

"Yang membuat saya senang menulis adalah saya bisa membaca puluhan buku dalam satu bulan. Sebab, membaca adalah tuntutan agar ide-ide bermunculan. Selain itu, saya juga suka menulis di alam bebas seperti, hutan, danau, pasar, dll.," ungkapnya kepada tim JPI melalui whatsapp.

Jadi Pembantu Rumah Tangga Biar Bisa Bayar Kuliah
Kondisi ekonomi yang tak sebagus teman-teman sekolahnya, membuat Adah harus bekerja paruh waktu sejak kecil. Setamat SD, tepatnya sejak 2009, Adah mulai bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Buah Batu Bandung dan di Ciracas Jakarta Timur. Ia bekerja serabutan di tempat Ibunya bekerja, atas kemauannya sendiri. Sejak Ayahnya meninggal, Adah semakin keras bekerja untuk bisa membiayai kuliahnya di STAI Baitul Arqom Al-Islami di Ciparay Bandung, Jawa Barat.

"Saya dapat biaya kuliah dari hasil menjadi PRT, menjadi buruh serabutan di kampung. Kadang saya Bantu teman jualan secara online atau offline."

Anak keempat dari 6 bersaudara ini mengatakan keinginanya kuliah di IPB dan mengambil jurusan Teknik Pertanian. Namun, Adah sadar bahwa biaya menjadi penghalang baginya untuk mendaftar ke perguruan tinggi negeri tersebut.

"Dulu saya bercita-cita kuliah di IPB dan mengambil Teknik Pertanian. Tapi, biaya saya pas-pasan akhirnya saya daftar kuliah di kampung dan mengambil PAI (Pendidikan Agama Islam)."

Agar jam bekerja tidak mengganggu jam kuliah, Adah pun mengaturnya dengan bekerja hanya diwaktu libur saja. Sehari-harinya Adah justru membantu temannya berjualan online dan kadang membantu mengajar TK di kampungnya. Jam kerja Adah sebagai PRT sangatlah panjang, dimulai pukul 4 pagi dan baru berakhir pukul 9 malam.

"Saya biasa menunggu majikan pulang kantor. Saya menyapu, mengepel, mencuci baju, memasak. Satu hari 2 rumah dan 1 kantor, ujar perempuan yang bercita-cita menjadi insiyur itu."

Selepas jam 9 malam, bukan berarti pekerjaan Adah usai. Setibanya di rumah, Adah akan memanfaatkan waktunya di rumah untuk mengerjakan tugas kuliah dan melanjutkannya dengan membuat tulisan untuk diikut sertakan dalam perlombaan menulis.

Jika orang-orang mulai terlelap di kesunyian malam, Adah justru masih harus mengerjakan tugas perkuliahan, ditemani ibu dan dua orang adiknya yang masih kecil-kecil. Keterbatasan biaya membuat satu adiknya terpaksa putus sekolah, dan satu masih melanjutkan di bangku SMP.

Pergi Kuliah Jalan Kaki 1 Jam
Jarak antar rumah ke kampus terbilang jauh. Oleh karena itu, untuk menghemat ongkos transportasi, Adah lebih memilih berjalan kaki dengan waktu tempuh 1 jam. Jika kondisi cuaca sedang hujan, Adah akan tiba di kampus lebih lama, yaitu 1,5 jam.

Perjuangan Adah untuk membagi waktu antara kuliah dan bekerja memang sangat berat. Tapi Adah tak pernah mengeluh. Baginya bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga selama 10 tahun adalah tepat untuk saat ini. Meskipun sering tidur larut malam, tapi Adah selalu berusaha untuk bangun di pagi hari, karena jika terlambat ke kampus, maka Adah harus menggunakan ojek dan mengeluarkan ongkos yang dianggapnya mahal, yaitu 15.000 rupiah. Jika naik ojek 15 menit, maka berjalan kaki butuh waktu 1 jam. Uang 15.000 begitu berharga baginya, hingga ribuan langkah kaki lebih ia pilih untuk bisa sampai ke kampusnya di Ciparay.

Selamat menempuh semester akhir Adah. Perjalanmu menjadi sarjana tinggal menghitung bulan. Semoga cita-citamu untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik segera terwujud, begitupun keinginamu untuk menjadi penulis novel dan skenario. (DF)

Profil:
Nama: Adah
Nama Panggilan: Adah
Lahir: Bandung, 02 juni 1997

Pendidikan 
- SDN Girihieum, Bandung  Jawa Barat
- MTS Al Fakhriyah, Bandung Jawa Barat
- MA Al Fakhriyah, Bandung  Jawa Barat
- STAI Baitul Arqom Al-Islami, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), di Ciparay Bandung, Jabar

Prestasi
- Juara 2 Lomba Karang Puisi MTS Al Fakhriyah,  Jawa Barat
- Juara 2 Lomba Pidato MTS Al Fakhriyah, Jawa Barat

Organisasi & Komunitas
- PK PMII Baitul Arqom
- BEM STAI Baitul Arqom
- Ikatan Curhat Muslimah (ICM), 2016
- Komunitas Pecinta Sastra (KPS), 2017
- Asosiasi Literasi Indo (ASOLI), 2018
- KPKers Bandung Raya (KPKers), 2018
- Jaringan Penulis Indonesia (JPI), 2018

Karya
- Cerpen Mini Anti Gengsi (Jangan pandang aku dengan sebelah matamu, Boy)
- Cerpen (Liburan Elit Super Irit)
- Antologi puisi bersama KPS (Rindu dan Senja)
- Antologi puisi bersama KPS (Kematian)
Dita Faisal
Dita Faisal Mengawali karir sebagai jurnalis sejak 2008 di TVRI Nasional. Setahun kemudian bergabung di tvOne sebagaireporter dan presenter berita hingga Feb 2021. Pernah meraih Fellowship hingga ke Jepang dan menjadi wartawan Istana Kepresidenan pada 2014-2015. Setelah 13 tahun menjadi jurnalis, pada pertengahan 2021 memutuskan pindah ke Blitar dan Wonosalam untuk lebih dekat dengan alam. Seperti cita-cita, ingin menikmati waktu dengan berbagi dan bertani. It's time for #BacktoNatureBacktoVillage

Posting Komentar untuk "Adah, Pembantu Rumah Tangga yang Rela Jalan Kaki 1 Jam Demi Jadi Sarjana "

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress