Ngobrol Bareng KOKOPI di ASAFF, Para Ibu Curhat Soal Selera Kopi Suaminya

Koperasi Komunitas Kopi Indonesia (KOKOPI) mengambil peran dalam acara ngobrol santai seputar dunia kopi yang diadakan oleh Asian Agriculture and Food Forum di Jakarta Convention Center. Talk show yang digelar pada Sabtu (30/6/18) membahas soal peluang bisnis dalam keberagaman kopi Indonesia. Empat orang pembicara hadir, yaitu Ronald FRS (Ketua Umum KOKOPI), Endik Koeswoyo (Penulis skenario Viva Barista), Lucas Christian (Penggagas Gerakan Kopi Persahabatan), serta Suryokoco (Pendiri TV Desa). Selama 45 menit, Dita Faisal selaku moderator memberikan waktu kepada para pembicara untuk mengulas kopi dari segi bisnis serta tantangan industri kopi ke depan. 

Sebagai pembuka, Ronald menegaskan bahwa dua visi utama KOKOPI yang patut diketahui masyarakat adalah bahwa KOKOPI hadir untuk mengembalikan kopi Indonesia menjadi kopi nomor satu di dunia dan meningkatkan kesejahteraan petani kopi. Di bawah komandonya, KOKOPI yang baru satu tahun didirikan sejak Juni 2017 akan gencar menggalakkan tiga program utamanya.  Ketiga program tersebut adalah Institut Kokopi, Kopi United, dan Kopi Village yang segera diluncurkan pada HUT ke-73 RI Agustus 2018 mendatang. Dalam program Kopi Village, KOKOPI nantinya akan menyatukan puluhan pelaku bisnis dan seni dalam satu kegiatan.  
Ronald FRS memaparkan  visi dan program utama KOKOPI
"Produsen sampai ke alat kopi, sampai ke bisnis turunannya yang kita catat ada 15, seperti merchandise, wewanginan, sesabunan, dan apapun itu ada hubungannnya dengan kopi. Sampai ada pelukis juga yang mau melukis dari ampas kopi.  Intinya dari lahan seluas 800 meter persegi tersebut kita optimalkan untuk hulu hilir kopi Indonesia," jelas Ronald di Plenary Hall, JCC.

Sementara itu, penggagas Gerakan Kopi Persahabatan, Lucas Christian menceritakan soal gerakan berbagi kopi gratisnya yang sudah dilakukan selama 2 tahun terakhir. Gerakan Kopi Persahabatan ini bukan sekedar membagikan kopi secara cuma-cuma, tapi lebih kepada tujuannya yaitu mengajak masyarakat untuk sadar akan kopi sehat, yaitu kopi hitam tanpa gula, tanpa creamer.  Lucas menambahkan bahwa Gerakan Kopi Persahabatan tercetus dari kisahnya memulai persahabatan dengan seorang petani kopi melalui kopi.
Lucas Crhristian cerita pengalamannya mendapat sahabat lewat kopi
"Gerakan Kopi Persahabatan saya buat karena saya mengalami persahabatan lewat kopi. Jadi, saya benar-benar mengalami. Saya diedukasi oleh seorang petani kopi organik dari Aceh, namanya pak Muhammad. Dan kemudian karena edukasi itu, teman-teman saya yang diedukasi, orang pekalongan loh itu Mbak. Jadi, orang Aceh mengedukasi orang pekalongan. Kami euforia (senang), jadi akhirnya urunan bikin satu cafe di Pekalongan. Jadi 70 orang punya satu cafe, dan itu satu persahabatan yang luar biasa yang saya alami, karena itu menginspirasi saya untuk membuat satu gerakan yang sebelumnya diilhami juga oleh gerakan kopi di dinding. Gerakan kopi di dinding itu ada orang beli satu cangkir kopi, tapi bayarnya lima."

Pembicara ketiga, Sukoco juga berbagi kisah soal perjuagannya bersama timnya saat merintis tv berjaringan yang disiarkan lewat tv parabola. Dengan tenang, Pria yang disapa Koco itu menceritakan soal tv desa yang terus dikembangkannya sampai sekarang.
Sukoco membahas singkat seputar tv desa yang dikembangkannya
"Awalnya sebenarnya 2010 kita sudah menggagas itu tapi baru kita bisa realisasikan 2015, dan ini udah tahun ketiga. Lebih pada semangat awalnya adalah kita rindu dengan TVRI yang dulu selalu mengangkat tentang pertanian. Ada kelompencapir, ada cerdas cermat kelompok tani, dan seterusnya. Nah karena di media-media yang ada ini sudah tidak melirik lagi kehidupan-kehidupan itu, maka kemudian kita berinisiatif mengembangkan tv desa."

Saat sesi tanya jawab dibuka, beberapa peserta tampak antusias melempar pertanyaan kepada para pembicara. Tak sedikit pula para ibu yang menanyakan soal selera kopi suaminya yang berbeda rasa ketika diseduh oleh sang isteri. Dengan panjang lebar, penikmat kopi sekaligus Penulis skenario program Viva Barista, Endik Koeswoyo memberikan tips jitunya kepada para isteri agar dipuji suami saat membuat kopi.
Endik Koeswoyo menjawab pertanyaan tentang tips meracik kopi nikmat 
"Intinya bikin kopi itu harus ikhlas. Pertama siapkan kopi yang benar-benar kopi asli. Kopi yang digiling. Kedua panaskan air. Siapkan kopi di dalam cangkir 10 sampai 20 gram tergantung selera. Pisahkan antara gula dan kopi, jangan dicampur. Disarankan untuk tidak memakai gula. Air yang sudah mendidih jangan langsung dituangkan. Tunggu beberapa saat sampai suhunya kira-kira 90 derajat. Sekitar 1 menitan lah baru dituangkan ke dalam gelas yang berisi bubuk kopi tadi. Cara menuangkannya juga harus dengan perasaan, tenang, dan hati-hati, plus sambil tersenyum. Tuangkan sedikit demi sedikit, tidak boleh langsung. Setelah air dirasa cukup, diamkan selama 2 sampai 3 menit, baru kemudian diaduk. Sambil nunggu 2 sampai 3 menit, bisa sambil nyanyi-nyanyi atau tik-tokan dulu. Biar kekinian. Sudah, kemudian sajikan kepada suami anda dengan senyum bahagia. Yang paling penting jangan pernah memuji kopi yang ibu buat enak, tapi pujilah suami ibu saat itu. Misalnya, tumben nih bapak ganteng pagi ini. Taroh kopinya! pasti enak. Kebiasaan ibu-ibu itu membuat kopinya terlalu terburu-buru, bubuk campur gula, tuangin air panas yang mendidih. Cooos. Dengan buru-buru disajikan ke suami. Nyooh." Jawaban Endik pagi itu sontak membuat peserta yang tak mampu menahan tawa.

Akhirnya, gelagak tawa para peserta itupun menjadi obrolan penutup dalam talk show KOKOPI yang dimoderatori Dita Faisal (Presenter Kabar Pasar tvOne) di Asian Agriculture and Food Forum yang diprakarsai oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). (DF)
Ronald FRS, Lucas Christian, Dita Faisal, Sukoco, Endik Koeswoyo
dalam talk show Asian Cultural & Food Forum, JCC (30/6/18) 
Dita Faisal
Dita Faisal Mengawali karir sebagai jurnalis sejak 2008 di TVRI Nasional. Setahun kemudian bergabung di tvOne sebagaireporter dan presenter berita hingga Feb 2021. Pernah meraih Fellowship hingga ke Jepang dan menjadi wartawan Istana Kepresidenan pada 2014-2015. Setelah 13 tahun menjadi jurnalis, pada pertengahan 2021 memutuskan pindah ke Blitar dan Wonosalam untuk lebih dekat dengan alam. Seperti cita-cita, ingin menikmati waktu dengan berbagi dan bertani. It's time for #BacktoNatureBacktoVillage

Posting Komentar untuk "Ngobrol Bareng KOKOPI di ASAFF, Para Ibu Curhat Soal Selera Kopi Suaminya"

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress