Menunggu Fajar by Yulia Ang


Kelvin menatap layar ponselnya dengan frustrasi. Signal yang ditunjukkan timbul tenggelam tak stabil. Keadaan di luar masih mencekam. Gelap, berasap, berselimutkan kabut abu-abu, dan benar-benar berantakan. Hingga akhirnya dia menemukan seorang pengguna jaringan aktif yang lain, melalui fitur pencarian orang terdekat dalam ponselnya. Kelvin langsung menelepon nomor itu. Jeda sebentar, kemudian seseorang menjawab panggilannya.
“Halo, siapa ini?” ujar seorang gadis dari seberang. “Hai, aku Kelvin. Maaf dengan siapa aku bicara?” balas Kelvin. “Aku Bianca.”

Kelvin merasa bersyukur bisa menemukan korban selamat yang lain. Dia kemudian menjelaskan pada Bianca bagaimana dia bisa mendapatkan kontak gadis itu. Mereka memulai obrolan dengan cukup baik. Tidak ada waktu untuk berbasa-basi dalam kondisi seperti sekarang ini. Kelvin memberitahu bahwa dia sedang berada di apotek klinik Y. Dia sedang mencari aspirin untuk salah satu rombongannya yang terluka.

“Ketika kami sedang berlarian di luar gedung, salah satu dari mereka menyerang kami. Dia berhasil menangkap Seth dengan bagian tubuhnya yang mirip tentakel. Sekuat tenaga kami menarik Seth hingga akhirnya dia dapat dibebaskan. Namun konsekuensinya, Seth mengalami luka di pergelangan kakinya,” jelas Kelvin pada Bianca. “Wah, mengerikan sekali. Mudah-mudahan tidak terjadi hal buruk pada Seth.” Bianca benar-benar merasa simpati dengan apa yang dituturkan Kelvin. Bianca sendiri juga bilang kalau dia bersama gerombolannya di sayap barat Gedung A. Ada setidaknya lima orang dewasa, dua anak-anak, dan seekor anjing dalam gerombolannya.

“Sebenarnya ′mereka′ ini makhluk apa sih? Tiba-tiba menimbulkan kekacauan seperti ini?” ujar Bianca dengan nada frustrasi. Terdengar Kelvin menghela napas sesaat kemudian menjawab, “Alien.” Bianca seperti sulit mempercayai apa yang diucapkan Kelvin. Dia berasumsi bahwa makhluk itu mungkin saja hewan dengan kelainan genetika atau kegagalan suatu eksperimen. Namun, Kelvin bersikeras menjelaskan kalau dimanapun tempatnya, tidak ada wujud hewan seperti itu. Kendati itu adalah kelainan genetika ataupun kegagalan suatu eksperimen.

Sesaat kemudian, Kelvin menemukan aspirin yang dicarinya. Dia cepat-cepat kembali pada rombongan untuk memberikan obat itu pada Seth. Tidak butuh waktu yang lama hingga akhirnya kondisi Seth membaik. Kelvin kembali fokus pada Bianca. Gadis itu ikut lega mendengar bahwa Seth baik-baik saja. Mereka terlibat dalam obrolan soal makhluk misterius yang menimbulkan semua kekacauan ini. “Sepertinya kau yakin sekali kalau mereka ini alien. Bagaimana kau bisa seyakin itu?” tanya Bianca penasaran.

Kelvin akhirnya mulai bercerita. Sejak SMA ada siaran radio ilegal yang didengarnya dari loteng. Namanya ″Menunggu Fajar″. Jika tidak berada pada ketinggian yang cukup, sangat sulit untuk menangkap sinyal siarannya. “Jadi itu siaran tentang alien, kah?” Bianca asal menebak. “Excatly. Lebih tepatnya menunggu kedatangan alien,” jawab Kelvin dengan nada serius. Bianca masih sulit mempercayai semuanya. Jika konteksnya menunggu kedatangan, berarti siapapun mereka, sengaja memanggil alien itu untuk datang ke bumi. Bianca menganggap, mungkin itu hanya siaran sekelompok fans club yang memuja alien atau semacam organisasi penggagas flat eart conspiracy. Namun Kelvin segera menyanggahnya. “Jangan salah. Itu jauh berbeda daripada sekelompok orang yang kurang kerjaan. Karena di sana ada nama Donovan dan Orlov.”

Bianca mengerutkan dahi. “Siapa Donovan dan Orlov itu?” Kelvin langsung menjelaskan semuanya. Donovan adalah seorang Profesor dari Harvard dan Orlov adalah mantan ilmuan NASA dari Rusia. Hingga Kelvin setia mengikuti siaran itu tiap malamnya karena yang melakukan siaran adalah orang-orang inteligen. Selain percakapan antara Donovan dan Orlov, Kelvin juga memaparkan kalau dia mendengar bunyi lain seperti dengungan. Jika didengarkan sekilas saja, memang tidak akan terdengar aneh. Mungkin hanya seperti gangguan gelombang radio. Namun jka didengarkan dengan seksama dalam jangka panjang, di dalamnya ada semacam ketukan, jeda, dan irama yang menyerupai sandi pada morse. Teratur dan memiliki makna. Dengan kata lain, Donovan dan Orlov sedang mencoba berkomunikasi dengan makhluk asing itu. Bianca sampai takjub. Bagaimana mungkin gelombang siaran mereka bisa sampai menembus galaksi lain dan ditangkap oleh alien. Sungguh sulit dipercaya. Kelvin memberitahu bahwa siaran itu didengarnya sejak dia SMA, hingga sekarang dia sudah berumur 25 tahun. Sehingga waktu delapan tahun bukanlah waktu singkat untuk mengembangkan penelitian.

“Jika memang mereka berkomunikasi dengan alien, lalu apa tujuan Donovan dan Orlov memanggil mereka?” Kelvin terdiam sejenak. “Dari yang kudengar selama ini, Donovan dan Orlov selalu membicarakan tentang ′dunia lain′, selain bumi, yang mungkin bisa ditempati dan ditinggali manusia. Bahkan mereka sempat menyinggung tentang hari akhir, serta kemungkinan manusia bisa pindah ke planet lain yang menyerupai bumi, sebelum bumi hancur.” Kali ini Bianca benar-benar seperti kehilangan kata-kata. Dia berpikir bahwa mungkin yang dimaksud Donovan dan Orlov adalah hari kiamat. Kelvin menyanggah, kiamat adalah bahasa bagi orang yang beragama. Bagi ilmuan mereka lebih suka menyebutnya dengan kehancuran bumi karena waktu dan kerapuhan alam. Bumi tua.

Obrolan seru itu harus terganggu ketika Bianca berkata kalau dia seperti mendengar suara desisan. Kelvin meminta Bianca untuk segera berlari secepat mungkin. Karena desisan itu tanda kalau mereka berada dekat dengan Bianca. Bianca segera berlari menuju ke gerombolannya untuk memperingatkan mereka. Keadaan mulai panik. “Memangnya kau dimana? Tadi katanya kau berada di sayap barat gedung A?” ujar Kelvin panik. “Iya benar. Tapi gerombolanku ada di sayap bagian timur. Sebentar. Aku akan memperingatkan mereka!” Setelah itu, telepon terputus. “Sial!” umpat Kelvin. Berulang kali Kelvin mencoba menghubungi Bianca, namun jaringan berubah menjadi benar-benar buruk. Beberapa kali sempat tersambung, namun Bianca tak kunjung menjawab panggilannya. Ingin rasanya Kelvin menyusul ke Gedung A. Namun jaraknya berada dan gedung itu cukup jauh. Sekitar lima atau enam blok. Kelvin benar-benar merasa frustrasi. Hingga setelah beberapa saat, ponselnya bergetar. Nomor Bianca muncul di layar ponselnya.

“Got dammit! Apa yang terjadi? Kenapa kau sulit sekali dihubungi? Hampir saja aku berlari ke gedung A untuk mencarimu!” teriak Kelvin. “I spoke to them,” suara Bianca seperti tercekat. “Apa? Tolong bicara yang jelas!” Bianca menceritakan semuanya. Dengan nada ketakutan sambil sesekali terisak. Makhluk asing itu menemukan Bianca dari sinyal aktif ponsel gadis itu. Kemudian mereka mengejar Bianca. Bianca terpojok, hingga makhluk itu mengepungnya. Saat Bianca tak mampu lagi melarikan diri, makhluk itu menjulurkan lengannya yang menyerupai tentakel menyentuh kepala Bianca. Rasanya ketika benda itu menyentuh kepala sang gadis, dari tentakel itu keluar jarum-jarum kecil yang menusuk kepala Bianca. Bianca memberontak tapi makhluk itu seolah memberi isyarat pada Bianca untuk tetap diam. Bianca merasakan sakit luar biasa ketika jarum kecil itu menembus tengkoraknya. Rasanya seperti otakmu sedang dibor. Sangat menyakitkan. Namun ketika kejadian itu berlangsung, Bianca diberi penglihatan. Dia bisa melihat apa yang mereka lihat dan rasakan. Kelvin mengkhawatirkan keadaan Bianca, juga tentang apa persisnya yang Bianca lihat.

“Aku melihat masa depan. Lebih tepatnya kehancuran bumi. Kiamat,” ujar Bianca terbata. Bianca menjelaskan bahwa bumi hancur bukan karena Tuhan marah, murka, atau apa. Tapi karena ulah kaumnya. Manusia. Kelvin tertegun menyimak. “Mereka menyebut diri mereka adalah ′Fauxq′. Spesies dari sebuah planet di galaksi Bode NGC3031. Mereka hidup sampai dengan 2 juta tahun setelah kehancuran bumi.” Kelvin terkejut mendengarnya. Bianca kemudian melanjutkan. “Jika di bumi 1 hari sama dengan 24 jam. Di planet Fauxq tinggal; 1 abad di bumi sama dengan 1 detik di tempat mereka. Dan benar. Sinyal yang dikirim Donovan dan Orlov sampai pada tempat tinggal Fauxq. Sinyal itu bagai gelombang yang sangat kecil dan halus. Namun karena kecanggihan teknologi yang Fauxq miliki, mereka dengan mudahnya melacak Bima Sakti untuk menemukan planet kita.”

Pembicaraan serius itu mampu mengaduk-aduk emosi Kelvin dan Bianca. Bianca memberitahu bahwa Fauxq melihat planet bumi hancur berkeping-keping dan menyisakan partikel kecil seperti debu. Yang memprihatinkan adalah, bahwa kehancuran itu adalah ulah manusia itu sendiri. Manusia sudah tidak peduli dengan alam dan lingkungannya. Mereka bergagah-gagahan membangun rumah kaca padahal mereka sadar akan dampaknya terhadap atmosfer. Terhadap lapisan yang melindungi planet bumi.

Kelvin sangat menyesal mendengar semua itu. “That’s too bad.” Bianca membenarkannya. Namun ada sesuatu yang tidak Bianca pahami. Jika memang makhluk asing itu hanya ingin menyampaikan pesan mengenai kehancuran bumi, kanapa mereka terkesan sedang menginvasi bumi. Hal itu terlihat dari kekacauan yang mereka tinggalkan setelah mereka datang ke bumi. “Mungkin itu adalah salah satu cara mereka melindungi diri. Kau lihat sendiri kan, sejak kemunculan mereka seluruh army memasang kuda-kuda menyerang mereka,” jelas Kelvin pada Bianca. “Iya, kau benar. Tapi aku sungguh bersyukur kau menceritakan soal ′Menunggu Fajar′ itu padaku. Setidaknya kita diberi gambaran kenapa bumi kita hancur. Dan Kelvin, we have to do something. Kita harus mati-matian melindungi bumi kita ini dari kemusnahan,” ucap Bianca. “Dengan cara apa? Sulit sekali menyadarkan manusia tentang isu lingkungan hidup. Global warming saja mereka tidak peduli,” keluh Kelvin.

“Mari kita minta Fauxq untuk mensabotase satelit kita dan menyiarkan apa yang kulihat pada masa depan bumi kita,” usul Bianca optimis. Kelvin tersenyum. “Ide yang bagus. Mudah-mudahan, pesan itu bisa diterima oleh seluruh penduduk bumi.” Kelvin dan Bianca menyudahi panggilan telepon itu. Mereka segera melancarkan aksi pencegahan kerusakan bumi. Bukan besok ataupun lusa. Namun bumi memang harus diselamatkan mulai dari sekarang!

End.

p.s. Cerita ini hanya sci-fi bercampur fiksi. Jika ada yang kurang berkenan saya selaku penulis minta maaf yang sebesar-besarnya. This just my wild imaginations 






Posting Komentar untuk "Menunggu Fajar by Yulia Ang"

www.jaringanpenulis.com




Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia
SimpleWordPress